Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana (Unud), I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani memimpin Himpunan Sarjana-Kesusastraan Komisariat Bali periode 2020—2024. Mas Triadnyani terpilih secara aklamasi dalam musyawarah komisariat (muskom) Hiski, Kamis (30/1) di ruang pertemuan Balai Bahasa Bali, Denpasar.
Dosen
Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana
(Unud), I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani memimpin Himpunan Sarjana-Kesusastraan
Komisariat Bali periode 2020—2024. Mas Triadnyani terpilih secara aklamasi
dalam musyawarah komisariat (muskom) Hiski, Kamis (30/1) di ruang pertemuan Balai
Bahasa Bali, Denpasar. Doktor lulusan Universitas Indonesia itu menggantikan I
Ketut Sudewa yang kini menjadi Wakil Ketua Hiski Pusat.
Mas
Triadnyani mengaku tidak menduga dirinya akan terpilih menjadi Ketua Hiski
Bali. Dia justru sempat hendak mencalonkan orang lain sebagi Ketua Hiski Bali.
Namun, para peserta muskom ternyata lebih dulu meminta Sekretaris Hiski Bali
2016—2020 itu menjadi Ketua Hiski Bali.
“Menjadi
Ketua Hiski itu besar sekali tanggung jawabnya. Saya merasa belum cukup untuk
menerima tanggung jawab seperti itu. Tapi karena semua di sini memilih saya,
terpaksa saya terima juga. Mudah-mudahan penunjukan ini bisa berjalan baik
sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama,” kata Mas Triadnyani seraya meminta
dukungan semua anggota Hiski Bali sehingga dia bisa mengemban kepercayaan
memimpin organisasi profesi yang beranggotakan para sarjana kesusastraan itu.
Para
anggota Hiski yang hadir dalam muskom meyakini Mas Triadnyani mampu memajukan
Hiski Bali. Mas Triadnyani dinilai memiliki kelebihan karena tak hanya menjadi
akademisi sastra, tetapi juga penyair yang telah menulis buku puisi. Perempuan
yang berasal dari Puri Kesiman, Denpasar, ini juga cukup dikenal kalangan
pegiat sastra di Bali karena kerap hadir dan menjadi pembicara dalam berbagai
acara sastra di Bali.
Kepala
Balai Bahasa Bali, Toha Machsun menjadi orang pertama yang mengusulkan nama Mas
Triadnyani. Karena itu, dia senang Mas Triadnyani sebagai Ketua Hiski Bali. “Saya
kan sudah amati teman-teman di Hiski selama ini. Saya lihat Bu Mas Triadnyani
punya potensi besar untuk memimpin Hiski Bali,” kata Toha Machsun.
Toha
Machsun pun menyatakan kesiapan lembaga yang dipimpinnya untuk bekerja sama. “Kami
sepanjang tahun punya banyak agenda kegiatan. Mungkin bisa dicermati, pada
bidang mana saja kita bisa bekerja sama demi kemajuan dunia sastra di Bali,”
kata Toha.
![]() |
IGAA Mas Triadnyani |
Salah
seorang sastrawan Bali, Made Adnyana Ole yang turut hadir dalam muskom juga menyambut
baik keterpilihan Mas Triadnyani. Ole berharap Mas Triadnyani bisa menjadikan
Hiski Bali lebih berperan dalam pengembangan sastra di Bali. Hiski, kata Ole,
mesti hadir di tengah-tengah dinamika kehidupan sastra di Bali.
“Mungkin
Hiski bisa mengambil peran mengisi ruang kosong yang belum diisi teman-teman
komunitas sastra. Misalnya, menggelar festival kritik sastra. Dalam kegiatan
ini acaranya sepanjang hari membincangkan pengarang, karya-karya dan pencapaian
mereka. Ini kan belum ada yang mengambil dan itu memang cocok diambil oleh
Hiski sebagai organisasi para sarjana kesusastraan,” kata Ole.
Ketua
Hiski Bali 2016—2020, I Ketut Sudewa berterima kasih atas dukungan seluruh
anggota Hiski Bali serta pihak terkait lain sehingga selama empat tahun
terakhir Hiski bisa eksis dan mampu melaksanakan berbagai kegiatan sastra.
Bahkan, dalam pertemuan-pertemuan Hiski di pusat, Hiski Bali kerap diberikan
acungan jempol karena terbilang cukup aktif dibandingkan Hiski komiasariat
daerah lainnya.
Namun,
Sudewa mengaku, Hiski Bali memang belum bisa melaksanakan kegiatan mandiri yang
benar-benar menjadi jenama (brand)
Hiski Bali. “Selama ini kami baru bisa menempel pada kegiatan dari pihak lain,
misalnya Prodi Sastra Indonesia Unud menggelar peringatan Hari Chairil, kami
ikut di sana. Masalahnya, kalau membuat kegiatan mandiri, Hiski Bali belum
mampu untuk mendanai,” kata Ketua Jurusan Sastra Indonesia, FIB Unud ini.
Mengenai
festival kritik sastra, Sudewa menyebut pihaknya sudah memprogramkan workshop kritik sastra postmodern.
Rencananya kegiatan itu digelar di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha).
Namun, hingga kini belum bisa diwujudkan. “Semoga pengurus baru bisa mewujudkan
program yang belum bisa kami laksanakan itu sekaligus merespons usulan Pak Made
Adnyana Ole untuk menggelar festival kritik sastra,” tandas Sudewa.
Mas
Triadnyani berterima kasih atas usul dan saran yang disampaikan para peserta
muskom. Dia menyatakan akan merembukkan berbagai usul dan saran itu dengan para
pengurus yang segera akan dibentuknya untuk ditetapkan menjadi program kerja
Hiski Bali 2020—2024. (b.)
_______________________________________
Teks: Sujaya
Foto: Sujaya
COMMENTS