Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi Balai Bahasa Bali 2019
Untuk ketiga kali, Balai Bahasa Bali
menggelar Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi untuk jenjang pramembaca
(untuk anak usia 3—4 tahun), membaca dini (untuk anak usia 5—6 tahun), serta
membawa awal (untuk anak usia 7—8 tahun). Naskah buku dilengkapi ilustrasi yang
masuk ke panitia tergolong beragam, namun aspek warna lokal Bali tampak belum
banyak digali para peserta. Naskah buku para peserta umumnya bertema umum dan
minim karakter lokal.
Kritik
soal minimnya garapan warna lokal Bali disampaikan anggota juri sayembara
kategori membaca dini, Ketut Syahruwardi Abbas. Menurut Abbas, umumnya
naskah-naskah buku peserta sayembara belum mengeksplorasi dongeng atau
cerita-cerita lokal yang menjadi ciri khas Bali. Kearifan lokal yang diharapkan
tergali dari sayembara menjadi kurang dapat dipenuhi.
“Karakter
lukisan Bali juga tidak muncul dalam ilustrasi buku. Padahal, Bali memiliki
karakter khas dalam seni lukis yang mestinya bisa dimunculkan,” kata Abbas
dalam rapat pleno dewan juri di Balai Bahasa Bali, Kamis (9/5).
Hal
senada juga disampaikan Oka Rusmini yang menjadi juri kategori yang sama.
Menurut Oka Rusmini, tokoh-tokoh dalam teks maupun gambar memang tampak kurang
kuat karakternya. “Hal ini tampaknya dikarenakan kecenderungan peserta yang
membuat ilustrasi menggunakan komputer,” kata Oka Rusmini.
Namun,
di tengah berbagai kelemahan itu, kreativitas peserta patut diapresiasi.
Meskipun masih cenderung biasa, keragaman tema cerita cukup terasa. Sayembara
ini, menurut juri lainnya, I Wayan Artika, memberikan optimisme mengenai
kreativitas penggarapan bahan bacaan untuk anak-anak di Bali.
Para Pemenang





Para
pemenang masing-masing kategori berhak mendapatkan hadiah, berupa uang tunai
7.5 juta rupiah, piagam, dan trofi. Naskah buku para pemenang akan diterbitkan
setelah melalui revisi dan pertimbangan akhir oleh Badan Pengembangan Bahasa
dan Perbukuan.
Kepala
Kepala Balai Bahasa Bali, Toha Machsum menjelaskan sayembara ini sebagai upaya
mengembangkan budaya literasi nasional. “Hasil bahan bacaan sudah ditetapkan
temanya, yaitu bertema lanskap dan perubahan sosial masyarakat perdesaan dan
perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh
Indonesia, kuliner Indonesia, dan arsitektur tradisional Indonesia,”
tambahnya.
Balai
Bahasa Bali sebagai UPT Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, akan menjadi
perpanjangan tangan kegiatan literasi akan menyusun kegiatan tahun depan
sebagai upaya pembinaan penulis-penulis bahan bacaan literasi di Bali.
Misalnya, pertemuan penulis bahan bacaan literasi Provinsi Bali.
Sayembara
diikuti para penulis dari seluruh Bali. Naskah yang masuk dan lolos syarat
administrasi, yakni delapan naskah untuk kategori pramembaca, 13 naskah untuk
kategori membaca dini, dan empat belas naskah untuk kategori membaca awal. (b.)
Pemenang Sayembara
Penulisan
Bahan Bacaan Literasi
Balai Bahasa Bali
Kategori
|
Judul Naskah
|
Penulis
|
Nilai
|
Pramembaca
|
Biji Bunga
|
Ade Asih Susiari (Tabanan)
|
244,4
|
Rumahku
|
I Gusti Made Dwi Guna (Denpasar)
|
240
|
|
Membaca Dini
|
Si Ana Memerangi Sampah Plastik
|
Ketut Agus Sarjana Putra (Karangasem)
|
860
|
Ulat si Gembul
|
Luh Eka Susanti (Tabanan)
|
802
|
|
Membaca Awal
|
Mumu dan Kupu-kupu Merah
|
Atrari Senudinari (Denpasar)
|
232
|
Liburan di Desa Budakeling
|
I Ketut Sandiyasa
|
188
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar