Melalui "plalian" atau permainan tradisional yang didokumentasikan dalam buku ini, Made Taro mengajak anak-anak mengenal alam.
Oleh: I MADE SUJAYA
![]() |
Sampul buku "Dari Ngejuk Capung Sampai Ngejuk Lindung" |
Permainan
tradisional tak sekadar mengajak anak-anak bermain, tapi juga mengakrabi
alam. Di Bali, permainan tradisional
yang dikenal dengan sebutan plalian
tidak saja memberi anak-anak ruang untuk guyub dengan rekan-rekan sebayanya,
tetapi juga mengenali lingkungannya.
Awal
tahun 2018 ini, Made Taro kembali merilis buku seri permainan tradisional Bali
bertajuk, Dari Ngejuk Capung sampai
Ngejuk Lindung. Buku ini menegaskan fungsi edukasi tentang lingkungan dalam
permainan tradisional Bali itu. Sepuluh permainan dalam buku ini berkaitan erat
dengan pengenalan alam bagi anak-anak. Melalui sepuluh permainan ini, anak-anak
belajar tentang berbagai hewan yang ada di sekitarnya sekaligus habitatnya. Di
antaranya hewan di darat, seperti capung, lindung
(belut), macan, dan kambing; hewan di laut, seperti ikan dan penyu.
Permainan
tradisional yang dihimpun dalam buku Dari
Ngejuk Capung sampai Ngejuk Lindung ini sebagian besar diambil dari tradisi
yang sudah ada. Namun, ada juga beberapa permainan yang merupakan kreasi baru,
tetapi tidak menghilangkan kesan ketradisionalannya. Menurut Made Taro, ciri
ketradisionalan itu meliputi bentuk yang sederhana, menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan (luwes), dilakukan oleh banyak pemai (kolektif), dan melalui
proses interaksi.
Seperti
halnya dua buku seri permainan tradisional sebelumnya yang ditulis Made Taro,
buku ini juga disajikan dengan format yang cukup sistematis dan bahasa yang
sederhana sehingga mudah dipahami dan dipraktikkan. Tiap permainan diawali
dengan paparan latar belakang lahirnya permainan itu, bentuk permainannya, lagu
yang mengiringi serta makna dari permainan itu. Karena itu, buku ini tak
sekadar sebagai dokumentasi permainan tradisional Bali, tetapi juga panduan
bagi mereka yang ingin mengajarkan aneka permainan tradisional Bali.
Aneka
permainan tradisional dalam buku ini juga sudah melalui uji coba berkali-kali
dan bertahun-tahun melalui aktivitas di Sanggar Kukuruyuk yang diasuh Made
Taro, termasuk di berbagai pasraman, pementasan, festival dan kurikulum muatan
lokal. Itu sebabnya, Made Taro menyebut permainan tradisional yang disusunnya
dalam buku ini sudah mencapai bentuk standard sesuai dengan karakter permainan
itu.
Made
Taro merencanakan menerbitkan lima seri buku permainan tradisional Bali. Tiap
seri dirancang berisi 10 permainan. Itu berarti, sedikitnya 50 permainan
tradisional Bali bakal terdokumentasikan melalui buku Made Taro.
Karena
itu, upaya Made Taro ini tak sekadar pantas diapresiasi, tetapi juga direspons
dengan upaya sosialisasi permainan tradisional ini kepada anak-anak Bali
melalui lembaga pendidikan formal maupun informal. Langkah ini penting untuk
mengimbangi dahsyatnya penetrasi permainan modern yang memudarkan rasa
kebersamaan dan keguyuban anak-anak di antara teman-teman sebayanya. (b.)
_____________________________
Penyunting: NYOMAN SAMBA
KOMENTAR