Oktober 2018 mendatang, Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan ( annual meeting ) International Monetary Fund (IMF)—World Bank 2018 . D...
Oktober
2018 mendatang, Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan (annual meeting) International Monetary Fund (IMF)—World Bank 2018.
Dalam setiap ajang pertemuan nasional maupun internasional yang berlangsung di
Bali, biasanya ditampilkan kesenian daerah Nusantara, terutama Bali, sebagai
representasi kearifan lokal. Kalangan kreator Bali berharap seniman yang akan
tampil dalam pertemuan tahunan lembaga keuangan dunia itu tidak asal comot,
melainkan benar-benar mempertimbangkan kualitas.
Kelian
Penggak Men Mersi yang juga kurator Bali Mandara Nawanatya, Kadek
Wahyudita berharap ada referensi dari Dinas Kebudayaan kepada even organizer (EO) luar yang menangani
pertunjukan seni selama pertemuan IMF-WB berlangsung sebelum menentukan akan
menampilkan kesenian Bali, apa pun jenisnya. "Kami berharap Dinas
Kebudayaan atau Listibya menjadi pintu masuk para EO yang akan mengisi kesenian
dalam hajatan internasional, sehingga kelompok kesenian mana yang layak,
maestro siapa yang diberikan mewakili, konsep garapannya seperti apa, mesti
jelas. Dengan begitu, panitia pusat bisa melihat, kalau menampilkan kesenian
untuk hajatan internasional ada standarnya, dan harus melalui Pemda, atau
Listibya yang berwenang. Sistem ini yang belum kita punya," terang
Wahyu.
Dengan
adanya sistem semacam itu, lanjut Wahyu, setiap EO yang menangani kesenian
dalam setiap kegiatan internasional di Bali, tidak asal comot, karena pertimbangan
harga murah dan faktor kedekatan. "Kita memiliki kontestasi berkesenian
hampir setiap hari sekarang. Kita punya banyak kelompok kesenian yang
berkualitas, baik yang tampil di PKB, Mahalango maupun seniman kreatif muda di
Nawanatya. Tinggal merangkingnya, mana yang berkualitas ditampilkan dalam ajang
pertemuan IMF-WB sebagai ajang promosi paling tinggi karena dihadiri para
petinggi negara. Ini tentu luar biasa,” kata Wahyu.
Kepala
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha mengungkapkan pertunjukan
kesenian dalam ajang internasional di Bali senantiasa ditangani panitia pusat.
Dewa Beratha mencontohkan kegiatan World Cultural Forum beberapa waktu lalu,
semuanya ditangani panitia pusat. "Paling-paling, seniman kita ditunjuk
(sub) begitu saja," kata Dewa Beratha, Rabu ( 21/3).
Sejauh
ini, kata Dewa Beratha, untuk kegiatan pertemuan tahunan IMF-WB, belum ada
permintaan dari pihak panitia pusat mengenai jenis atau garapan seni Bali yang akan
ditampilkan menyemarakkan sekaligus mempromosikan budaya Bali. Hanya saja,
menurut Dewa Beratha, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika sempat menyampaikan
informasi bahwa Presiden Jokowi sempat terkesan dengan konsep pawai kesenian di
Bali dan meminta agar bisa ditampilkan dalam pembukaan pertemuan tahunan
IMF-WB. "Hanya saja, hingga detik ini belum ada kepastian mengenai permintaan
itu," beber Dewa Beratha.
Namun,
Dewa Beratha berharap, dalam setiap perhelatan besar yang dilangsungkan di
Bali, seyogyangnya kreator Bali bisa terlibat langsung. "Di Bali, kita
banyak punya orang kreatif, termasuk EO. Jadi, kita di Bali seharusnya mampu
menangkap peluang itu, kalau mau mencari pemain untuk berkiprah di
tingkat nasional di Bali sebenarnya tak kekurangan," ujar Dewa Beratha.
Sejauh
ini, setiap perhelatan besar semacam pertemuan internasional di Bali yang menampilkan
kesenian, semuanya menggunakan EO. "Mudah mudahan EO yang akan
menangani kegiatan kesenian di ajang pertemuan tahunan IMF-WB benar-benar
mencari kesenian berkelas. Yang kita saksikan selama ini, mereka mencari yang
murah-murah, asal masuk, tanpa memikirkan keunggulan, kualitas dan
sebagainya. Mudah mudahan EO bisa memilih yang berkualitas, senimanya
berkelas, karyanya bagus, bukan asal comot," kata Dewa Beratha.
Dewa
Beratha menambahkan setiap proyek yang menggunakan anggaran besar, semuanya
melalui lelang. Hal ini seharusnya ditangkap para EO di Bali. "Jangan
hanya menjadi penonton. Orang orang kreatif di Bali cukup banyak. Ketika ada
even besar di Bali, kalau EO di Bali yang menangani, paling tidak mereka paham
apa yang mau ditawarkan, kelompok kesenian mana, kualitasnya seperti apa,"
tandasnya. (b.)
Teks dan Foto:
Dhirendra
KOMENTAR