Dinas
Kebudayaan Provinsi Bali bersama Tim Pembinaan dan Pemantauan Pementasan
Seni bakal terjun ke kabupaten/kota di Bali memantau Joged jaruh atau Joged porno. Program pembinaan kali ini menyasar para pemangku kebijakan, mulai tingkat desa,
desa pakraman atau lembaga adat, PHDI, Listibya, kepolisan dan sanggar joged.
Ini gerakan bersama-sama menghentikan Joged jaruh yang dinilai merusak budaya Bali.
Kepala Dinas
Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha mengatakan, tim yang terdiri dari
praktisi seni, pengamat budaya, juga melibatkan Majelis Desa Pakraman dan pihak
kepolisian ini akan melakukan pembinaan ke seluruh kabupaten dan kota di Bali
secara bergilir. Pembinaan akan berlangsung 6-22 Februari 2018. Diawali
dari Buleleng, Denpasar, Badung, Klungkung, Gianyar, Jembrana, Tabanan,
Karangasem dan berakhir di Bangli.
"Intinya,
pembinaan ini dilakukan guna memberikan penyadaran serta upaya mencegah
maraknya Joged jaruh yang merusak
citra budaya Bali, kita melibatkan sejumlah pembicara dari kalangan budayawan,
kepolisian dan ahli IT dengan mengundang elemen masyarakat dan lembaga di
setiap kabupaten," ucap Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa
Beratha di sela rapat di kantor Disbudpar, Kamis (1/2).
Dalam kesempatan
yang sama, Ketua Majelis Utama Desa Pakraman, Jro Gde Suwena Putus
Upadesa sangat berharap ada satu kesatuan upaya bersama untuk menghentikan aksi
Joged jaruh yang jelas-jelas merusak
citra budaya Bali. "Kami berharap agar upaya bersama semua pihak, tidak
saja peran desa adat, juga pihak desa dinas beserta OPD terkait, kepolisian,
sekaa teruma bisa bersama-sama mencegah aktivitas Joged jaruh," ungkap Jro Suwena.
Jro Suwena
menambahkan, sebenarnya sudah ada Surat Edaran (SE) Gubernur untuk
menindaklanjuti maraknya Joged jaruh
lewat langkah-langkah bersama melalui Bupati dan Walikota. Hanya saja
sampai sekarang pihaknya belum melihat tindakan Bupati dan Walikota, apakah
sudah dijalankan atau belum. "Ini yang kita lihat, SE Gubernur itu, Bupati
dan Walikota sudah dijalankan atau belum?" tanya Jro Suwena.
Sementara
budayawan I Wayan Dibia berharap pembinaan ini bisa menghadirkan pelaku Joged jaruh. "Sejauh ini pembinaan yang
sudah berjalan yang datang hanya penari Joged dan penabuh yang benar benar seniman,
sangat susah ketika ingin menghadirkan penari jaruh-nya, yang selama ini beredar bebas," ucapnya.
Hal senada
juga di ungkapkan I Nyoman Astita. Astina berharap penari Joged jaruh itu dihadirkan. "Mungkin kita
butuh intelijen untuk menghadirkan Joged jaruh-nya," ucapnya.
Budayawan I Made
Bandem menyatakan pembinaan Joged dilakukan untuk menangkal Joged porno.
"Perlu pemahaman Joged jaruh
beda dengan aksi porno, apalagi di muka publik. Hal ini terus kita upayakan
lebih untuk secara masif menyadarkan, baik secara langsung maupun lewat
dunia maya," pungkasnya. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar