Meningkatnya jumlah kerusakan biota bawah laut seperti terumbu karang, kini menjadi perhatian para wisatawan yang datang ke Bali. Wisatawan...
Meningkatnya
jumlah kerusakan biota bawah laut seperti terumbu karang, kini menjadi
perhatian para wisatawan yang datang ke Bali. Wisatawan yang dulunya hanya
menikmati indahnya alam Bali kini mulai peduli tentang pentingnya konservasi
alam dan ekosistemnya. Itu dilakukan ratusan
siswa SMA Karangturi Semarang yang melakukan wisata edukasi di Desa Toya
Pakeh, kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Kamis (20/4).
Kegiatan
edukasi yang dilakukan yaitu melakukan penanaman terumbu karang di perairan
Nusa Penida. Program wisata edukasi ini disediakan oleh Quicksilver Cruise, salah
satu penyedia jasa wisata bahari di Bali.
![]() |
Siswa SMA Karangturi Semarang mengikuti wisata eduikasi penanaman terumbu karang di Toya Pakeh, Nusa Penida, Klungkung, Bali. |
Bagus Prakoso,
Marine Conservation Operation menjelaskan, terjadinya penyusutan terumbu karang
bukan hanya karena aktivitas manusia. Ia mengatakan, kerusakan tersebut bisa terjadi
karena sedimentasi, perubahan suhu, iklim, dan pemanasan global. Khusus di
perairan Toya Pakeh, kerusakan lebih banyak terjadi karena aktivitas manusia.
Lebih lanjut
ia menjelaskan, dalam merehabilitasi terumbu karang pihaknya menggunakan teknik
transplantasi. Teknik ini merupakan teknik yang paling mudah dan tidak memakan
biaya tinggi. “Transplantasi itu, pertama, karang donor yang kita ambil dari
luar koloni terumbu karang kemudian kita jadikan satu dan kita tempel dalam
sebuah media tanam meja besi. Selama proses transplantasi harus benar-benar
mendapat proteksi, tidak boleh mendapat gangguan dari hewan lain yang gemar
memakan karang,” jelasnya.
Bagus juga
menambahkan, jenis terumbu karang yang ditanam di perairan Toya Pakeh berjenis
Acropora. Jenis ini merupakan yang paling cepat tumbuh dan memiliki tingkat
keberhasilan yang cukup tinggi. “Selain Acropora, untuk kurun waktu sepuluh
tahun terakhir koral yang memiliki daya hidup cukup tinggi yakni spesies soft coral yang memiliki bentuk
seperti anemon,” tambahnya.
Operational
Manager Quicksilver Cruise, Yossy menjelaskan, pada kesempatan kali ini
pihaknya mengajak siswa SMA Karangturi Semarang untuk melakukan wisata edukasi.
Sebanyak 150 siswa kelas XII SMA ini diberikan pemahaman tentang bagaimana
pentingnya menjaga habitat dasar laut terutama terumbu karang. Tak hanya teori,
para siswa ini diajak langsung melakukan transplantasi terumbu karang. “Program
edukasi ini sejatinya telah lama kami jalankan, namun untuk melibatkan
wisatawan secara luas tentunya perlu kajian,” jelasnya.
Ditambahkannya,
kegiatan wisata edukasi ini tak hanya diperuntukkan bagi siswa sekolah. Seluruh
wisatawan baik asing maupun domestik diberikan kesempatan untuk mengikuti
wisata edukasi ini. “Kegiatan wisata edukasi ini merupakan program yang
berkelanjutan sehingga sebagai penyedia jasa wisata kami tak hanya memanfaatkan
alam namun juga ikut menjaga keberadaan ekosistemnya,” terang Yossy.
Salah satu siswa SMA Karangturi Semarang, Marcel
mengaku sangat antusias dengan kegiatan yang ia ikuti. Berbeda dengan kunjungan
wisata ke daerah lain, kegiatan wisata edukasi dengan menanam terumbu karang
menjadi pengalaman pertamanya selama ini. “Secara teori di sekolah kami sudah sering
mempelajari terumbu karang. Namun, dengan terjun langsung menanam terumbu
karang memberikan manfaat yang positif bagi saya, juga demi keberlangsungan ekositem
bawah laut di Bali,” ujarnya. (b.)
Teks dan Foto: Direndra
COMMENTS