Pendongeng dari Bali, Made Taro dan anaknya Gede Tarmada, kembali diundang untuk mendongeng di Thailand dan Vietnam pertengahan Februari ini. Made Taro diundang terkait festival tahunan dongeng yang tahun ini memasuki pelaksanaan kelima.
Pendongeng dari Bali, Made Taro dan anaknya Gede Tarmada, kembali
diundang untuk mendongeng di Thailand dan Vietnam pertengahan Februari ini. Made
Taro diundang terkait festival tahunan dongeng yang tahun ini memasuki
pelaksanaan kelima. Festival bertaraf internasional itu dihadiri oleh lebih
dari 20 negara dari Asia, Eropa dan Amerika.
“Kehadiran kami di Thailand untuk ketiga kali, sedangkan di Vietnam
baru pertama kali,” kata Made Taro.
![]() |
Made Taro (duduk di atas) dan Gde Tarmada (duduk di bawah) dalam suatu workshop dongeng di Thailand. |
Di Thailand, festival dongeng berlangsung 16—28 Februari 2017 meliputi
lima tempat, yakni Universitas Mahasarakham,
Universitas Surin (di wilayah utara Thailand), Universitas Songkla, (wilayah
selatan Thailand), Gedung Kesenian Mahachakri, Bangkok dan Sekolah Tinggi Budha
di Ayuthaya. Setelah itu, perjalanan mendongeng Mado Taro dan Tarmada
dilanjutkan ke Hue, Vietnam, 1—4 Maret 2017.
Menurut Made Taro, festival dongeng di Thailand meliputi, storytelling, show case, congcurrent
storytelling, workshop dan diskusi
panel. Tema unggulan, yakni ethnic
diversities, kecuali di Sekolah Tinggi Buddha yang mengambil tema penanaman
nilai moral. Belakangan, Universitas Thaksin di Songkhla juga menekankan tema happily ever after yang ditunjukkan
melalui keberagaman cerita masing-masing negara. Festival di Vietnam, di
samping mengusung tema ethnic diversities
juga tema khusus mengenai asal-usul padi. Para pendongeng diwajibkan tampil di
depan guru-guru TK dan SD, beserta anak-muridnya.
Made Taro dan Gede Tarmada menuturkan telah mempersiapkan model
kegiatan sesuai dengan program yang ditentukan. Untuk storytelling telah dipersiapakan cerita-cerita, seperti The Gift of Young Rice (Oleh-oleh Padi
Muda, cerita rakyat Aceh), Beautiful
Monkey (Kera Yang Cantik, Bali), The
Love For Salt (Cinta Garam, Bali), The
Origin of Rice (Asal Mula Padi, Jawa). Untuk workshop dan diskusi panel yang akan dihadiri oleh dosen dan
mahasiswa, telah dipersiapkan sebuah model ‘Mendongeng Sambil Bermain’ yang
mengangkat cerita Melayu dikaitkan dengan permainan tradisional ‘Macan Mabaju
Kambing’. Makalah yang berjudul ‘Belajar Kehidupan Harmonis Melalui Dongeng’
akan dibawakan dalam diskusi panel di Universitas Thaksin.
Made Taro yang sebelumnya pernah menampilkan storytelling di Australia, Afrika Selatan, Singapura, dan Malaysia,
mengatakan, ia bersama anaknya harus belajar dan berlatih keras, terutama
mengenai diskusi panel. “Diskusi itu merupakan kesempatan baik bagi saya,
terutama dalam memperkenalkan kehidupan harmonis sehubungan dengan kearifan lokal,”
kata Made Taro.
Dalam storytelling
dan workshop itu, tim yang
terdiri dari dua orang itu akan tampil dengan gayanya sendiri, yakni bercerita
sambil menabuh cungklik disertai
iringan tifa, gedebler, ketipung, seruling, toktek dan alat-alat peraga.
Pak Made Taro adalah inspirasi saya. Beliau sangat menginspirasi saya, beliau sangat luar biasa
BalasHapus