Tak bisa dihindari, memang,
perayaan hari Galungan di Bali yang jatuh pada Rabu (10/2) hari ini senantiasa meriah, penuh suka cita. Di sepanjang
jalan berdiri penjor penuh hiasan warna-warni, menggambarkan suasana hati yang
riang, suasana hati penuh kemenangan. Mereka yang merantau dan sukses di kota
akan pulang dengan mengendarai mobil atau motor terbaik. Jalan-jalan di desa
yang sempit pun kadang kala dijejeri aneka kendaraan bermotor.
Di sudut-sudut jalan, sekelompok
anak muda duduk melingkar disertai hidangan tuak dan arak. Mereka ngobrol
berjam-jam, terkadang, saat sudah mabuk, anak-anak muda ini bernyanyi dan
berjoget ditimpali suara dentuman musik keras.
Boleh jadi karena dimaknai
sebagai hari kemenangan, perayaan Galungan dan Kuningan senantiasa disambut
dengan suka cita. Namun, lontar Sundarigama
yang menjadi rujukan pelaksanaan hari raya Hindu, termasuk Galungan dan
Kuningan, mengingatkan hakikat Galungan bukan sekadar bersuka cita (magirang-girang), tetapi justru refleksi
menuju hidup yang terang-benderang (galang
apadang).
Dosen Institut Hindu Dharma
Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Wiradnyana menegaskan esensi perayaan Galungan,
yakni patitis ikang jnana sandi, galang
apadang mariakna byaparaning idep. Hal ini dimaknai sebagai semangat
menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tumpuan pikiran dalam menyelesaiakan
persoalan-persoalan hidup dan kehidupan.
“Pengetahuan menjadi sumber
cahaya, memberikan terang di tengah kegelapan. Galungan itu momentum
menerangkan pikiran, mengusir kegelapan pikiran,” kata Wiradnyana.
Hal senada diungkapkan dosen
Program Studi Pendidikan Bahasa Bali IKIP PGRI Bali, IB Oka Manobawa.
Menurutnya, Galungan sejatinya momentum meneguhkan kembali semangat hidup yang
dilandasi pikiran galang apadang menghadapi kegelapan pekat dalam hidup dan
kehidupan. Menurutnya, persoalan hidup dan kehidupan itu, begitu kompleks. Ada
alam yang semakin rusak, jurang antara yang miskin dan kaya kian tajam,
keterbelakangan makin menguat, penyakit semakin banyak dan aneh, serta konflik
antarmanusia. Dalam Galungan, persoalan-persoalan hidup itu ditimbang kembali
dan mencoba dicarikan solusi dengan berbekal ilmu pengetahuan dan agama.
“Galungan sebagai hari kemenangan
sesungguhnya kemenangan atas diri kita sendiri menghadapi kegelapan pikiran,”
kata Oka Manobhawa. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar