I Ketut Sudewa, Ketua Program Studi Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) Unud memimpin Himpunan Sarjana Kesusastraan
Indonesia (Hiski) Komisariat Bali. Penunjukan Sudewa sebagai Ketua Hiski Bali
ini merupakan kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan pembentukan pengurus Hiski
Bali di Kampus Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) Unud, Sanglah, Denpasar, Jumat
(15/1).
Sudewa didampingi IGA Mas Triadnyani sebagai sekretaris umum
dan Ni Wayan Sumitri sebagai bendahara umum. Pengurus baru ini akan dilantik
Februari mendatang.
![]() |
Penasihat Hiski Bali (dri kiri ke kanan), I Nyoman Kutha Ratna, I Nyoman Darma Putra an AA Ngurah Rai Iswara. (balisaja.com/courtesy: Gusade Darmasuta) |
Sudewa menjelaskan Hiski Bali merupakan organisasi profesi
berbasis keilmuan yang menghimpun para sarjana kesusastraan di Indonesia.
Organisasi ini terbentuk tahun 1984. Akan tetapi, cukup lama organisasi ini
vakum. Setelah terpilih pengurus Hiski Pusat yang diketuai Suwardi Endraswara,
muncul keinginan kuat untuk menghidupkan kembali organisasi ini.
“Meski pengurusnya kebanyakan kalangan dosen, ini bukan
semata organisasi milik para dosen dan peneliti. Seluruh sarjana kesusastraan di Indonesia bisa ikut dalam organisasi ini, seperti guru, wartawan, penulis,
sastrawan dan lainnya yang memiliki latar belakang disiplin ilmu sastra
Indonesia,” kata Sudewa.
Upaya menghidupkan kembali Hiski Bali ini diapresiasi para
sarjana kesusastraan di Bali. Namun, organisasi para terpelajar dalam
bidang kesusastraan ini diharapkan tidak menjadi organisasi eksklusif yang
hanya berpanggung di “menara gading”. Hiski mesti bisa memberi manfaat, tidak
saja bagi anggotanya, tetapi juga masyarakat sastra dan publik secara
umum.
Peneliti sastra Indonesia dari Balai Bahasa Provinsi Bali,
IB Darmasuta menyambut baik upaya menghidupkan kembali Hiski. Darmasuta yang
turut duduk di kepengurusan Hiski Bali ini berharap Hiski yang kembali
disegarkan darahnya ini mampu menjalankan hakikat tujuan keberadaannya membina
dan mengembangkan gagasan dan kreativitas anggotanya di bidang kesusastraan, menyebarluaskan
hasil-hasil kegiatannya demi kemajuan pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaa serta
meningkatkan apresiasi kesusastraan di kalangan masyarakat.
“Semoga tidak hanya berpanggung di ‘menara gading’, karena
denyut sesungguhnya sastra itu ada di masyarakat. Di panggung-panggung yang
mereka buat dengan kesungguhan hati, Sebentuk panggung di ‘padma hati’ tanpa
hiasan ‘titel’ apa pun,” kata mantan Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali ini.
Guru yang juga pengarang, IB Widiasa Keniten berharap Hiski
Bali bisa membangkitkan iklim bersastra, tidak saja di internal kampus, tetapi
juga ke sekolah-sekolah dan masyarakat. Karena itu, Widiasa Keniten mengusulkan
Hiski Bali mengagendakan program pelatihan dalam bidang kesastraan bagi para
guru bahasa dan sastra yang menjadi ujung tombak pembelajaran sastra di sekolah-sekolah.
Sekda Kota Denpasar, AA Ngurah Rai Iswara yang juga seorang
sarjana sastra Indonesia juga menyambut baik upaya menghidupkan kembali Hiski.
Rai Iswara yang didudukkan menjadi penasihan ini menyatakan siap mendukung
kegiatan Hiski.
Hal senada juga diungkapkan Guru Besar Sastra Indonesia FSB
Unud, I Nyoman Kutha Ratna dan I Nyoman Darma Putra yang juga penasihat Hiski
Bali. Kutha Ratna menyambung ajakan Rai Iswara agar semua anggota Hiski bisa
bekerja bersama-sama demi kemajuan sastra Indonesia.
Pengarang Oka Rusmini mengaku senang ikut dilibatkan dalam kepengurusan Hiski Bali. Namun, dia meminta agar organisasi ini tidak bersifat eksklusif di kalangan akademisi tetapi juga terbuka kepada berbagai kelompok profesi. Menurutnya, Hiski harus bisa menjadi jembatan antara akademisi sastra dan masyarakat sastra sehingga bisa bergerak bersama memajukan sastra Indonesia. (b.)
Pengarang Oka Rusmini mengaku senang ikut dilibatkan dalam kepengurusan Hiski Bali. Namun, dia meminta agar organisasi ini tidak bersifat eksklusif di kalangan akademisi tetapi juga terbuka kepada berbagai kelompok profesi. Menurutnya, Hiski harus bisa menjadi jembatan antara akademisi sastra dan masyarakat sastra sehingga bisa bergerak bersama memajukan sastra Indonesia. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar