Hari ini, Minggu (10/5),
masyarakat Bangli merayakan hari jadi atau HUT ke-811 Kota Bangli. Perayaan ini
berlangsung sejak tahun 1991. Penetapan tanggal 10 Mei sebagai hari jadi Kota
Bangli merunut pada prasasti Kehen C. yang dikeluarkan Raja Shri Adi Kunti
Kentana pada tahun saka 1126 atau tahun 1204 masehi. Mengapa tanggal itu
dipilih sebagai hari jadi Kota Bangli? Bagaimana sejarah Bangli?
I Nyoman Singgin Wikarman dalam
buku Bangli Tempo Doeloe (Sebuah Kajian
Sejarah) menguraikan prasasti Kehen C (Singgin Wikarman menyebutnya Kahen, bukan Kehen) memang yang pertama kali menyebut
nama Bangli. Prasasti itu dikeluarkan Raja Shri Adi Kunti Ketana pada tahun
1204 Saka. Tepatnya, “Ri Caka 1126
Waisakamasa Tithi Dasami Suklapaksa, Wu, Wa, Ra, Waraning Klurut”.
Menggunakan perhitungan Damais, catatan waktu dalam prasasti itu bertepatan
dengan 10 Mei 1204.
![]() |
Pura Kehen, tempat tersimpannya prasasti Pura Kehen C yang pertama kali menyebut nama Bangli |
Dalam prasasti yang kini tersimpan di Pura Kehen itu, tulis Singgin
Wikarman, termuat perintah raja yang disampaikan kepada putranya agar
orang-orang Bangli tidak meninggalkan desanya. Raja meminta agar rumah-rumah
rakyat diperbaiki dan lahan sawah serta pertanian dikerjakan. Bersamaan dengan
perintah itu, raja juga memberikan keringanan bahkan penghapusan pajak kepada
penduduk.
Situs resmi Pemkab Bangli, www.banglikab.go.id menguraikan perintah
raja itu dikeluarkan karena Bangli kala itu ditinggalkan penduduknya. Sebabnya,
Bangli diserang wabah penyakit yang hebat. Karena ketakutan, penduduk Bangli
memilih pergi sehingga daerah itu pun menjadi kosong. Setelah raja melakukan
berbagai upaya, keadaan kembali pulih. Raja pun mengeluarkan perintah agar
orang-orang Bali kembali ke tempatnya.
Selain itu, raja juga menetapkan
batas-batas wilayah Kramani Bangli yaitu Tegalsana dan Gelinggang di
sebelah utara, Tegalalang, Tegal dan Bebalang di sebelah selatan, Tukad
Sangsang di sebalah barat dan Tukad Melangit di sebelah timur. Penetapan
batas-batas wilayah ini menunjukkan Bangli telah menjadi sebuah kesatuan
wilayah dan diyakini sudah memiliki pemerintahan.
Namun, Bangli mendapat status baru
sebagai panegara atau kerajaan vasal di bawah pusat pemerintahan
langsung kerajaan Gelgel pada abad ke-15. Hal itu ditandai dengan pengangkatan
I Gusti Wija Pulada sebagai Anglurah di Bangli pada soma Julungwangi, Sasih
Kesanga Penanggal ping 9 Caka 1375. Jika dikomparasikan dengan tahun
Masehi, maka saat pengangkatan tersebut yakni 14 Maret 1453 Masehi.
Puri Bangli yang menjadi pusat
pemerintahan Kerajaan Bangli, menurut Singgin Wikarman, didirikan tahun 1576
Masehi. Pendiri Puri Bangli, I Dewa Gde Bencingah, setelah I Gusti Peraupan dikalahkan
Tamanbali dan Nyalian. Seabad kemudian, sekitar tahun 1686, ketika terjadi
pemberontakan I Gusti Agung Maruti di Kerajaan Gelgel, Bangli pun menjadi
kerajaan berdaulat.
Di antara sejumlah momentum itu,
Pemkab Bangli didukung para sejarawan dan budayawan di Bangli memilih tanggal
10 Mei 1204 sebagai hari jadi Kota Bangli. Pertimbangannya, menurut Singgin
Wikarman, prasasti Kehen C. menunjukkan Bangli ketika itu sudah menjadi sebuah
kesatuan wilayah menyusul adanya penetapan batas-batas wilayah oleh raja.
Bangli kini mungkin tidak menjadi
pusat perhatian di tengah perkembangan pesat perekomian Bali yang bertumpu pada
pariwisata. Bangli yang mengandalkan sektor pertanian, di masa kini nyaris
lepas dari perhatian Bali mutakhir.
Tapi, di masa silam, Bangli
memiliki peran sangat penting. Bahkan, ada dugaan, kerajaan Singamandawa,
kerajaan tertua di Bali, berpusat di Bangli, khususnya di seputaran Kintamani.
Siapa pun yang hendak mempelajari
Bali Kuno, tidak bisa mengabaikan Bangli. Pasalnya, banyak prasasti dari masa
Bali Kuno tersimpan di Bangli. Jejak-jejak tua peradaban Bali mesti dilacak
dengan menjelajahi desa-desa tua di sekitar Danau Batur, seperti Kintamani,
Sukawana, Trunyan, Kedisan, Abang, Kedisan, Buwahan dan desa-desa lain di
wilayah Bangli, seperti Pengotan, Sidembunut, Srokadan, Serai, Manikliu,
Candigayan. (b.)
Teks dan Foto: I Made Sujaya
Wah sudah tua sekali umurnya, Dirgahayu Kota Bangli yang ke 811 semoga tetap berbudaya seperti desa budaya penglipuran.
BalasHapusKini, di antara sembilan kabupaten dan kota di Bali yang memiliki peringatan hari jadi kota, Bangli memang menjadi yang paling tua. Karena memang, banyak prasasti tua tentang Bali tersimpan di Bangli. Terima kasih sudah mampir.
HapusDirgahayu Kota Bangli :)
BalasHapusSelanjutnya, jelajahi keunikan dan keotentikan Bangli, Lino
HapusSiap Pak :) tinggal nunggu waktu liburan saja :) :)
HapusMohon ijin di shere di web saya ya bli
BalasHapusSilakan saja sepanjang menyertakan sumbernya dengan jelas disertai link aktif portal ini. Suksma sudah sudi mampir dan menjelajah.
Hapuskeren banget tempatnya :)
BalasHapus