Sabtu (25/4) hari ini digelar Festival Semarapura I serangkaian peringatan ke-107 Puputan Klungkung dan hari jadi ke-23 Kota Semarapura. Apa saja kegiatannya? Berikut laporannya.
Sabtu (25/4) hari ini, sebuah hajatan khusus digelar
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung. Namanya, Festival Semarapura I. Inilah
pesta budaya Kota Serombotan yang digelar serangkaian peringatan ke-107 Puputan
Klungkung dan hari jadi ke-23 Kota Semarapura. Selain Festival Semarapura, juga
digelar Silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara di Puri Agung Klungkung.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta secara terang-terangan
menyebut kegiatan ini sebagai upaya mempromosikan (branding) pariwisata Klungkung di mata dunia. “Semua kegiatan nanti
kita dokumentasikan seperti Festival Nusa Penida I sebagai upaya mem-branding Klungkung,” kata Bupati yang
berasal dari Nusa Lembongan ini.
Festival Semarapura mengusung tema “Atita, Wartamana, Nagata”,
sebuah filosofis dalam masyarakat Hindu-Bali tentang kearifan memandang
kegemilangan masa lampau inspirasi perjuangan hari ini untuk kecemerlangan masa
depan. Tema ini tampaknya didasari kesadaran tentang Klungkung yang memiliki
sejarah gemilang di masa silam, terutama ketika Gelgel menjadi pusat orientasi
politik dan kultural masyarakat Bali.
Itu mungkin sebabnya, dalam Festival Semarapura kali ini
ditampilkan sebuah garapan tari kebersaran yang diberi tajuk “Dalem Watu
Renggong”. Sejarah Bali memang mencatat kegemilangan Bali di bawah kepemimpinan
Dalem Watu Renggong. Di masa kepemimpinannya Bali tidak saja mampu memperluas
daerah kekuasaan hingga ke Blambangan dan Lombok, tetapi juga mampu menumbuhsuburkan
kebudayaan Bali, terutama dalam bidang kesusastraan.
Selain itu, Festival Semarapura juga akan menampilkan
pementasan tari pendet massal (catur lawa). Panitia menyebut penari yang tampil
sebanyak 2015 orang. Acara menarik lainnya, regenerasi tradisi seni lukis
wayang Kamasan di Bale Kambang Kertagosa, pameran batu pertama, grama gong tiga
dimensi, parade band se-Bali, serta touring objek wisata di seputaran Klungkung,
seperti Goa Jepang, Goa Lawah, pengrajin gong Tihingan, Kertagosa, Kamasan,
Watuklotok, dan Pasar Seni Klungkung.
Pemkab Klungkung merogoh kocek lumayan besar untuk mendukung
acara ini, sekitar Rp 1,2 milyar. (b.)
KOMENTAR