Manusia Bali senantiasa diingatkan untuk mensyukuri hasil yang
dicapai, betapa pun kecilnya. Yang terpenting, hasil itu berkesinambungan.
Tiada guna jika hasil yang didapat begitu besar, tetapi hanya bertahan sesaat. Cenik lantang, begitu para tetua
mengingatkan.
Cenik berarti ‘kecil’, sedangkan lantang berarti ‘panjang’. Makna ungkapan cenik lantang ini, meskipun kecil hasilnya, tetapi berumur panjang
atau berkesinambungan.
Ungkapan cenik lantang biasanya diikuti dengan ungkapan gede bah atau gede bawak.
Gede berarti ‘besar’, sedangkan bah artinya ‘rebah’ atau ‘roboh’ dan
bawak artinya ‘pendek’. Maknanya, hasil yang besar tetapi tidak bertahan lama,
mudah ambruk.
Ungkapan cenik lantang kerap digunakan dalam kegiatan bisnis. Orang Bali
senantiasa diingatkan agar tidak semata-mata berpikir mencari untung besar,
tetapi malah berpotensi menghancurkan usaha yang sedang dibangun. Lebih baik
medapat untung kecil, tetapi kelangsungan usaha terjaga.
Pesan cenik lantang juga kerap disampaikan para orang tua kepada
anak-anak muda Bali yang sedang mencari pekerjaan. Mereka diingatkan untuk
jangan mudah tergiur dengan pekerjaan yang menjanjikan pendapatan besar, tetapi
kesinambungan pekerjaan itu tidak terjamin. Tidak apa-apa memilih pekerjaan
dengan gaji kecil, tetapi pekerjaan itu bisa dijadikan pegangan hidup untuk
jangka waktu yang panjang.
Karena itu, cenik lantang sejatinya kearifan lokal Bali tentang bagaimana
menjalani hidup dengan rasa syukur sekaligus berpikir dalam kerangka jangka
panjang. Hidup tiada lain sebuah perjalanan panjang dan penuh tantangan. Karena
itu dibutuhkan bekal energi yang panjang pula.
Kearifan lokal cenik lantang juga sudah terbukti.
Manakala Negeri ini dilanda krisis ekonomi hebat pada tahun 1997 dan 2008,
banyak usaha besar dan bonafid yang justru bertumbangan. Sebaliknya, sektor
informal yang umumnya usaha kecil dan menengah dan dikelola kelompok masyarakat
menengah ke bawah malah bertahan. Bahkan, perekonomian bertahan karena ditopang
usaha kecil dan menengah ini. Para pelaku usaha kecil dan menengah paham betul
makna kearifan cenik lantang itu,
bersyukur terhadap hasil usaha yang kecil tetapi terjaga kesinambungannya.
Itu sebabnya, jangan pernah
menyesali hasil yang kecil. Kenikmatan tidak senantiasa hadir pada sesuatu yang
besar, lebih sering justru pada sesuatu yang kecil, sesuatu yang begitu
sederhana.
Namun, sesuatu yang besar,
sesuatu yang wah memang kerap kali begitu menggoda. Itulah yang banyak dialami
orang-orang yang ingin cepat besar, cepat kaya. Mereka tidak sabar meniti tapak
demi tapak untuk bisa mencapai puncak. Maka, jalan pintas pun menjadi pilihan.
Padahal, jika terlampau cepat berada di puncak, terlampau cepat pula jatuh.
Yang berbahaya, manakala kejatuhan
terjadi begitu cepat, kesiapan mental tidak dipupuk. Depresi pun menghinggapi.
Parahnya, karena terbiasa mencapai impian hidup dengan jalan pintas, manakala
tekanan hidup menghimpit, solusinya pun jalan pintas: mengakhiri hidup.
Sampai di sini, kearifan cenik
lantang dalam tradisi Bali menjadi penting direnungkan dan dimaknai. * Ketut Jagra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar