Menu

Mode Gelap
Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat Bebantenan, Cara Manusia Bali Menjaga Alam Semesta SMAN 1 Ubud dan SMAN 2 Semarapura Juarai Lomba Bulan Bahasa Bali di UPMI Bali Bulan Bahasa Bali VI Jalan Terus, Tapi di Hari Coblosan “Prai” Sejenak Konservasi Pemikiran dan Budaya Melalui Gerakan Literasi Akar Rumput

Segara Giri · 26 Mei 2014 08:32 WITA ·

Bali Bersatu di Pura Dasar Bhuana


					Pura Dasar Bhuana di Gelgel, Klungkung. Perbesar

Pura Dasar Bhuana di Gelgel, Klungkung.

Hari ini, Senin (26/5) atau Soma Kliwon wuku Kuningan ditandai orang Bali sebagai hari Pemacekan Agung. Pada hari ini, selain melaksanakan persembahyangan di masing-masing sanggah/merajan, perhatian orang Bali biasanya tertuju ke Bali Timur, di Desa Gelgel, Klungkung. Di tempat ini, pada hari ini dilaksanakan pujawali di Pura Dasar Bhuana Gelgel.

Pura ini menjadi menarik perhatian karena menjadi salah satu saksi sejarah sekaligus contoh bagaimana persatuan dan kesatuan membuat Bali kukuh, kuat. Di pura yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota Semarapura ini kita bisa menapak jejak bersatunya Bali di abad ke-13 silam.

Memang, hingga kini belum ada sejarah yang benderang benar mengenai keberadaan pura ini. Namun, peninggalan-peninggalan tua yang ada di pura ini, seperti sejumlah arca  yang terbuat dari batu serta lingga-yoni sebagai lambang kesuburan, mengisyaratkan tempat suci ini sudah berdiri jauh sebelum agama Hindu masuk ke Indonesia.

Akan tetapi, sejumlah sumber menyebut pura ini didirikan sebagai peringatan atas kedatangan Mpu Ghana ke Bali. Menurut Jro Mangku Ktoet Soebandi dalam bukunya, Sejarah Pembangunan Pura-pura di Bali, menyebutkan pura ini didirikan oleh Mpu Dwijaksara pada sekitar tahun 1189 Saka atau 1267 Masehi.

Awalnya, empat suci ini merupakan parhyangan Mpu Ghana. Mpu ini datang ke Bali sekitar 922 Saka atau 1011 Masehi bersama tiga Mpu lainnya yakni Mpu Sumeru, Mpu Kuturan dan Mpu Gnijaya. Keempat Mpu ini didatangkan khusus oleh Raja Gunprya Darmapatni/Udayana Warmadewa untuk membantu menyelesaikan masalah pertikaian antarsekte keagamaan yang ada di Bali.

Nama Pura Dasar Bhuana sendiri konon diberikan oleh Dhalem Ketut Ngulesir yang sering juga dikenal dengan nama Sri Semara Kepakisan. Raja ini memerintah di Gelgel pada tahun 1302 Saka atau 1380 Masehi. Kala itu, statusnya dijadikan menjadi pura kerajaan. Dengan status ini, berarti Pura Dasar Bhuana pada masa itu menjadi simbol dasar jagat atau landasan persatuan dan kesatuan rakyat Bali.

Memang, di Pura Dasar Bhuana ini dibangun palinggih (bangunan suci) dari tiga warga yakni Ksatrya Dhalem, Pasek dan Pande. Ketiga warga ini merupakan cerminan kekuatan potensial kepemimpinan di dalam masyarakat Bali kala itu. Selanjutnya, saat kedatangan Danghyang Nirartha yang kemudian menjadi purohita kerajaan Gelgel, dibangun pula palinggih untuk warga Brahmana Siwa.

Penyatuan caturwarga dalam satu pemujaan di Pura Dasar Bhuana lebih diperkokoh lagi ketika pemerintahan Dalem Waturenggong. Penyatuan ini merupakan dasar spirit bagi kelangsungan kehidupan beragama di wilayah Kerajaan Dalem Waturenggong kala itu. (b.)

  • Penulis: I Ketut Jagra
  • Foto: I Ketut Jagra
  • Penyunting: I Made Sujaya
Artikel ini telah dibaca 287 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Nyegara Gunung di Gunung Payung

7 November 2022 - 06:58 WITA

Setelah Dua Kali Ngayeng, Pujawali di Pura Silayukti Kembali Nyejer Tiga Hari

17 Mei 2021 - 22:11 WITA

Usabha Pitra di Pura Dalem Puri Kembali Digelar, Begini Rangkaian Upacara dan Maknanya

24 Januari 2020 - 07:32 WITA

Inilah Sejumlah Pura yang Melaksanakan Pujawali Pada Hari Raya Kuningan

31 Mei 2014 - 02:54 WITA

Pura Samuantiga, Cikal Bakal Kahyangan Tiga Desa Pakraman di Bali

11 Mei 2014 - 22:24 WITA

Pura Bukit Sari, Energi Spiritual Hutan Pala Sangeh

6 Mei 2014 - 21:39 WITA

Trending di Segara Giri