Teks dan Foto: I Made Sujaya
Para
pemuda Bali memiliki potensi besar untuk menjadi pengusaha. Menjadi pebisnis,
pemuda Bali tak mesti hijrah ke kota, tetapi juga bisa mulai dari desa. Justru,
dalam berbisnis, generasi muda Bali tidak boleh lupa untuk membangun desanya.
![]() |
Pemilik Elizabeth International School, I Nyoman Sukadana dan pemilik Coco Group, I Nengah Natya tampil sebagai pembicara dalam seminar Bali Young Entrepeneur di LPD Desa Adat Kedonganan |
Hal
ini disampaikan Kepala LPD Desa Adat Kedonganan, I Ketut Madra saat memberi
motivasi pada peserta seminar bisnis yang digelar Forum Bali Young Entrepenur
di ruang pertemuan gedung LPD Desa Adat Kedonganan, Minggu, 6 April 2013.
Seminar bertajuk “Bali Young Entrepeneur, Why Not” itu didukung LPD Desa Adat Kedonganan, Bank Permata Sedana
dan Koperasi Tri Guna Artha. Sebagai tuan rumah, Madra diminta berbagi
pengalaman sekaligus memberi motivasi bagi sekitar 100 pebisnis muda yang
hadir.
Menurut
Madra, Bali tidak hanya bisa tumbuh dari kota besar tetapi juga dari desa adat.
LPD yang ada di masing-masing desa adat di Bali, menurut Madra, bisa dijadikan
mitra untuk menumbuhkan para pebisnis muda Bali.
“Jangan
malu membangun desa. Justru di desa kita bisa berbisnis sekaligus membangun
lingkungan,” kata Madra.
Madra
mencontohkan Kedonganan. Dulu banyak yang tidak tahu Kedonganan. Tapi, melalui
para pemudanya yang menggerakkan LPD, Kedonganan bisa turut memetik kemajuan
ekonomi. Kini, hampir seluruh warga Desa Adat Kedonganan menjadi pebisnis
karena setiap warga memiliki saham dalam usaha warung ikan bakar (kafe sea food) di Pantai Kedonganan. Warung-warung
ikan bakar itu menjadi milik bersama.
“Melalui
LPD kami bangun ekonomi kerakyatan dan jiwa entrepreneurship warga. Kini setiap
warga Kedonganan mendapatkan passif income rata-rata Rp 700.000 per bulan dari
warung-warung ikan bakar itu,” kata Madra.
Ketua
Forum Bali Young Entrepreneur, GP Wirasaputra mengajak anak-anak muda Bali
untuk bangkit dan tidak takut menjadi pengusaha. Untuk menjadi pengusaha, yang
terpenting bukanlah modal uang, tetapi kemauan yang kuat untuk memiliki usaha.
Modal yang justru lebih penting adalah jejaring (networking).
“Kita mungkin tidak punya uang untuk memulai
usaha, tapi kalau kita punya kemampuan dan jejaring, kita bisa mendapatkan
modal dari orang lain,” kata Ketua Forum Bali Young Entrepeneur, GP
Wirasaputra.
Forum
Bali Young Entrepenur baru terbentuk Oktober 2013 dan secara resmi berakta notaries
pada Desember 2013. Anggota Bali Young Entrepenur kini baru 30 orang yang
berasal dari seluruh Bali. Hampir semua anggota memiliki bisnis sendiri atau
melanjutkan bisnis milik orang tua. Namun ada juga yang berstatus pegawai
tetapi memiliki jiwa entrepeneurship.
Ide
terbentuknya Bali Young Entrepeneur diawali dari ngobrol-ngobrol di facebook. “Kami
sepakat membentuk wadah untuk berkomunikasi atau pun bertukar informasi
bagaimana menjadi pebisnis muda,” kata Wirasaputra didampingi Ni Made Devi
Wijayanti, pengurus Forum Bali Young Entrepeneur yang juga warga Desa Adat
Kedonganan.
Seminar
bisnis Bali Young Entrepenur menghadirkan sejumlah pembicara, seperti Ketua
Jaringan Pengusaha Hindu Indonesia (JAPHA) yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Unud, Sayu Ketut Sutrisna Dewi, pemilik Elizabeth International School,
Nyoman Sukadana serta pemilik Coco Grup, Nengah Natya. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar