Teks: I Made Sujaya, Foto: Repro www.kitlv.nl
Banjir
menjadi kata paling populer kini sepanjang awal tahun 2014. Sebabnya, musibah
yang dipicu intensitas hujan yang tinggi itu menggedor Ibukota dan sejumlah
daerah lain di Indonesia, termasuk Bali. Banjir seolah menjadi rutinitas saban
tahun.
![]() |
Jembatan Kali Unda sekitar awal tahun 1910. |
Orang
Bali biasa menyebut banjir semacam itu sebagai blabar. Jika banjirnya dalam intensitas yang besar istilah itu akan
ditambah lagi menjadi blabar agung.
Jika
ditelisik ke belakang, Bali memiliki sejarah ditimpa banjir sejak zaman
kerajaan silam. Sejumlah sumber-sumber tradisional dan sumber-sumber Belanda
mencatat Bali pernah dihantam musibah banjir.
Dalam
sejumlah babad, banjir juga
diceritakan pernah menghantam daerah Klungkung sekitar abad ke-16. Ketika itu,
keadaan politik di Gelgel sebagai pusat pemerintahan Bali sedang kacau sebagai
akibat terjadinya pemberontakan yang dipimpin I Gusti Pande Basa. Pengikut
setia I Gusti Pande Basa yang berada di Dawan, Paksebali, dan Sampalan gagal
menyerang Gelgel karena tiba-tiba saja terjadi banjir besar di Kali Unda,
sungai terbesar di Klungkung.
Pada
22 Oktober 1818, sumber Belanda juga mencatat terjadinya banjir bandang yang
cukup besar di Buleleng. Banjir besar ini hampir menenggelamkan kota Singaraja. Penyebab
banjir, salah satu dinding kota
Danau Buyan dan Tamblingan jebol. Volume airnya yang berasal dari luas danau
336 dan 110 hektar itu meluncur turun ke kota .
Istana Singaraja yang lama dan beberapa puri di sekitarnya serta sebuah griya
dilaporkan hancur kala itu.
Hingga
di dekat kota, pusaran air bah itu membelah dua. Satu ke Banyuning dan yang
lain ke Pemaron yang menyebabkan Desa Banyumala lama hancur. Tercatat 38 desa
tengelam. Hingga kini peristiwa blabar agung di Singaraja itu tetap menjadi
kenangan buruk bagi orang Buleleng.
Pada
tahun 1827, banjir besar juga menghantam daerah Kerajaan Badung. Banjir di
Badung itu terbilang cukup dahsyat juga karena diikuti tanah longsor.
Akibatnya, air bah menderas tercampur dengan lumpur. Sebagian besar daerah
pertanian di Kerajaan Badung sebelah timur tertimbun lumpur.
Parahnya, banjir lumpur di Badung ini juga ditingkahi
dengan wabah penyakit cacar dan kolera. Penyakit ini kala itu terbilang sangat
mematikan sehingga sangat menakutkan warga. Mereka pun tidak berani keluar
rumah. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar