Mulai Selasa (2/12) lalu, manusia
Bali memasuki rentang waktu Sasih Kanem (bulan keenam dalam sistem penanggalan
Bali). Bentang waktu Sasih Kanem berakhir pada Rabu, 1 Januari 2014 dengan
Tilem Kanem.
Manusia
Bali memberi perhatian khusus pada Sasih Kanem. Sasih Kanem kerap kali paling
”ditakuti”. Sasih Kanem dimaknai awam sebagai awal merebaknya aneka penyakit
atau pun hama. Banyak orang jatuh sakit. Begitu juga tanaman tak sedikit yang
rusak dimakan hama.
Memang,
dalam tradisi wariga Bali, Sasih
Kanem merupakan saat Dewi Durga beryoga. Sasih Kanem juga berada dalam naungan
kuasa Batara Guru (Siwa). Kini, Dewa Siwa tengah menguasai arah barat daya.
Bila
saat sasih Kanem terjadi gempa bumi, ramalan tradisional Bali menyebutkan akan
banyak orang susah menjalani hidup. Manusia menjadi liar. Karena itulah, Anda
diingatkan untuk waspada berbicara. Jika sampai pembicaraan Anda membuat
telinga orang panas, keributan akan mudah tepantik. Bencana alam pun biasanya
mengintai dan pencuri bergentayangan tanpa rasa takut.
Secara
faktual, Sasih Kanem merupakan musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke
musim hujan. Hujan yang turun pada Sasih Kanem lebih lebat dari pada hujan saat
Sasih Kalima.
Musim
pancaroba tentu saja berdampak pada kondisi alam. Pada akhirnya, kondisi alam
yang berubah itu berakibat juga pada kondisi manusia. Jika daya tahan tubuh
tidak cukup kuat, maka sakit akan amat mudah menghampiri.
Lantaran
hujan mulai turun, udara mulai terasa lembap. Matahari kerap pula terselimuti
mendung. Akibatnya suhu udara menjadi gerah. Kondisi ini tentu mudah memicu
sakit flu, demam atau pun batuk-batuk.
Terlebih
lagi, pada Sasih Kanem ini, lalat kian berbiak saja. Lalat merupakan salah satu
spesies penyebar penyakit. Pasalnya, lalat dengan mudah hinggap di
tempat-tempat paling kotor tetapi juga pada saat yang tidak lama bisa dengan
mudah hinggap di tempat makanan.
Karena
itu,sangat penting artinya memperhatikan kebersihan lingkungan sepanjang Sasih
Kanem ini. Sanitasi mesti dijaga agar benar-benar bersih. Jangan juga
membiarkan makanan terbuka hingga mudah dihinggapi lalat.
Pada
Sasih Kanem bukan hanya manusia dan hewan yang mudah terserang penyakit.
Tanam-tanaman juga amat gampang dirajam hama sepanjang Sasih Kanem ini.
Karenanya, pada Sasih Kanem orang Bali biasanya melaksanakan upacara nangluk merana, upacara mengusir hama.
Akan
tetapi, Sasih Kanem juga merupakan saat tepat untuk mulai meladang. Hujan
pertama Sasih Kanem akan menyegarkan Ibu Bumi. Sang pengabdi Ibu Bumi, para
petani, para peladang biasanya akan mencangkuli tanah pada Sasih Kanem.
Namun,
untuk melaksanakan upacara yadnya
yang direncanakan (ngewangun) semisal
upacara pawiwahan (pernikahan), ngaben maupun ngenteg linggih, umumnya akan menghindari Sasih Kanem. Anda
disarankan untuk menunda dulu upacara-upacara tersebut minimal sebulan dengan
mencari Sasih Kapitu. Yang paling baik, disarankan mencari Sasih Kadasa. Sasih
Kanem biasanya dijadikan saat tepat untuk melaksanakan upacara bhuta yadnya, seperti macaru. (b.)
Teks dan Foto: I Made Sujaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar