Sasih Ketiga
Teks dan Foto: I Putu Jagadhita
KETIKA Sasih Ketiga datang, desa-desa di
Bali umumnya akan semarak dengan pelaksanaan upacara ngaben. Memang, inilah waktu yang dianggap baik untuk membayar
utang leluhur melalui upacara pitra
yadnya, seperti ngaben serta nyekah. Tak hanya itu, Sasih Ketiga juga
dipandang waktu yang tepat untuk membayar utang kepada alam, menggelar upacara bhuta yadnya.
![]() |
Upacara ngaben lazim digelar saat Sasih Ketiga |
Dalam
perkiraan astrologi Bali, Sasih Ketiga ditandai dengan puncak musim kemarau.
Karenanya, udara terasa sedikit menggerahkan. Pepohonan meranggas, bukit-bukit
tampak gundul. Yang terlihat hanyalah ilalang yang mengering.
Di
daerah-daerah kering semisal Karangasem, perih kembali menghampiri lantaran air
kembali sulit didapat. Banyak sawah pun tak terairi sehingga hasil pertanian
praktis merosot. Namun, berhati-hatilah, blabur
(banjir bandang) bisa datang tiba-tiba. Orang lazim menyebutnya dengan istilah blabur ketiga.
Dalam
kisah-kisah Jawa Kuno digambarkan pada Sasih Ketiga atau bulan Asuji ini,
burung kalangkyang menderita luar biasa. Jenis burung yang mengantungkan
hidupnya dari tetes air hujan ini terhimpit nestapa.
kala
Sasih Ketiga tiba, hembusan angin dari utara ke selatan dengan kekuatan sedang.
Sementara hawa panas cukup menyentak di siang hari, sedangkan pada malam hari
suhu terasa dingin menusuk.
Tak
cuma itu, pertanda lain Sasih Ketiga yakni debu yang beterbangan di mana-mana
sehingga potensial menebarkan penyakit kolera. Karena itu, Anda patut waspada
agar tak terantuk sakit.
Bagi
petani Sasih Ketiga merupakan bulan yang kurang menyenangkan. Sebaliknya bagi
para nelayan, Sasih Ketiga merupakan saat yang menyenangkan untuk melaut karena
gelombang laut tak begitu tinggi. Melaut pun bisa dilakoni dengan tenang dan
ikan-ikan dengan mudah bisa ditangkap.
Barangkali
karena musim kering itulah, Sasih Ketiga dianggap saat yang tepat menggelar
upacara ngaben. Ngaben tentu
membutuhkan cuaca terang bahkan terik matahari untuk mempercepat proses
pembakaran jenazah, pengembalian unsur-unsur panca maha bhuta. Selain itu, di masa lalu, Sasih Ketiga tergolong
masa jeda aktivitas di sawah karena air sedang surut dan hasil pertanian sedang
merosot. Jeda waktu itu dimanfaatkan untuk menggelar upacara bersakal besar
seperti ngaben.
Tahun
ini, Sasih Ketiga dimulai pada Jumat, 6 September 2013 dan berakhir pada Jumat,
4 Oktober 2013. Selama rentang waktu Sasih Ketiga ini ditandai dengan sejumlah
hari suci di antaranya Soma Umanis Tolu pada 9 September 2013 sebagai hari
pemujaan batara-batari di merajan, Buda Kliwon Gumbreg pada Rabu, 18 September
2013, Purnama Ketiga pada 19 September 2013, Tumpek Wariga/Tumpek Uduh pada
Sabtu 28 September 2013, Buda Cemeng Warigadean pada Rabu 2 Oktober 2013 dan
Tilem Ketiga pada 4 Oktober 2013.
Selain
dianggap sebagai saat tepat membayar utang leluhur melalui upacara pitra yadnya, Sasih Ketiga juga dinilai
sebagai waktu yang baik untuk membayar utang kepada alam. Karenanya, pada
rentang waktu Sasih Ketiga kerap dipilih untuk menggelar upacara bhuta yadnya seperti pecaruan.
Bagi
pasangan muda yang hendak meniti kehidupan baru berumah tangga, Sasih Ketiga
juga dipandang sebagai waktu yang cukup baik. Karenanya, selain upacara ngaben, nyekah dan mecaru, Anda
kini mungkin menerima sejumlah undangan dari para sahabat yang tengah
melangsungkan upacara pernikahan. Tentu Anda akan berupaya datang untuk menjadi
saksi dari salah satu tahapan penting dalam menjamin kelangsungan kehidupan
ini. Anda menjadi saksi sebuah janji setia untuk mengabdi pada kehidupan,
merayakan kehidupan. (b.)
COMMENTS