Sasih Karo, Harik Baik, Dewasa Ayu, Wariga
Rabu, 7 Agustus 2013, sistem kalender Bali menandainya sebagai Sasih Karo
atau bulan ke dua. Bulan ini ditandai dengan dingin yang begitu menusuk. Jika
pada Sasih Kasa musim kering mencapai
puncaknya, kini saat Sasih Karo sejumlah pepohonan menggundul, memasuki musim
gugur.
![]() |
Kabut di Pegunungan Andakasa, Karangasem |
Sasih Karo kerap disebut sebagai
puncak musim dingin. Karenanya, di daerah-daerah dataran tinggi semisal
Besakih, Batukaru, atau pun Kintamani, udara dingin memuncak. Tak salah jika
penduduk yang tinggal di daerah-daerah tersebut saban hari menggigil.
Kendati udara terasa begitu
dingin, senyatanya Karo masih merupakan musim kemarau. Tanah terbelah karena
kekurangan air. Karenanya, para petani yang menanam palawja di sawah saat Sasih
kasa mesti mengairinya. Matahari bergeser dari utara ke selatan. Angin bertiup
dari barat laut ke barat daya.
Dalam tradisi horoskop Jawa,
Sasih Karo dikenal dengan sebutan bantala
rengka. Istilah ini mengacu pada kondisi alam dengan tanah berbongkah. Air
tak cukup tersedia. Sawah-sawah tadah hujan kian merana. Sangat jarang tanaman
yang sanggup bertahan saat Sasih Karo. Hanya tanaman-tanaman keras yang bisa
bertahan saat musim ini. Namun, pohon kapuk dan mangga mulai keluar daun
mudanya.
Kendati kondisi alam pada Sasih
Karo menunjukkan kegersangan, para penekun susastra di Bali memberi makna
istimewa pada sasih yang satu ini. Sasih Karo memiliki sinonim Badrawadha. Kata
badrawadha bermakna sebagai
‘nilai-nilai mulia’. Karenanya, Sasih Karo sering pula dimaknai sebagai bulan
penuh kemuliaan.
Memang, dalam tradisi masyarakat
Hindu di Bali, Purnama Karo yang jatuh pada 21 Agustus 2013 mendatang,
dilaksanakan aci pengenteg jagat di Pura Gelap, Besakih. Ini merupakan sebuah
ritus yang dipersembahkan kepada Tuhan dalam manifestasi sebagai Dewa Iswara
untuk memohon agar alam beserta isinya mencapai ketenangan, kedamaian, keajegan
atau enteg.
Dalam tradisi Bali, sasih dianggap memiliki dua sisi yang
saling berdampingan. Ada
pengaruh baik, ada pula pengaruh buruk. Sasih Karo juga tak luput dari hukum
dualitas itu. Sasih Karo dianggap memiliki pengaruh baik, tetapi juga membawa
pengaruh buruk. Karenanya, pilihan aktivitas, terutama ritual, semestinya
diperhitungkan matang dalam bentang waktu Sasih Karo ini.
Sasih Karo dianggap sebagai bulan
yang kurang baik untuk nganten.
Menurut tenung wariga, jika
melangsungkan perkawinan pada Sasih Karo bisa berakibat buruk, bisa sengsara.
Karakter alam pada Sasih Karo yang gersang dan diselimuti dingin yang menusuk dianggap
berpengaruh pada kedua pasangan yang hendak membangun bahtera rumah tangga
sepanjang hidup.
Sasih Karo juga diangap membawa
pengaruh buruk untuk kegiatan memperbaiki atau pindah rumah. Diyakini, pada
Sasih Karo, hal-hal negatif mengganggu ketenteraman, seperti terjadinya
pertengkaran dalam keluarga. Karenanya, jika Anda memiliki rencana memperbaiki
atau pindah rumah saat ini, sebaiknya diundur dulu.
_______________________
Penulis: I Made Sujaya
Foto: I Made Sujaya
Foto: I Made Sujaya
Penyunting: Ketut Jagra
KOMENTAR