LPD Kedonganan Serahkan Dana Ogoh-ogoh Rp 2 Juta
Desa Adat
Kedonganan tak pernah kering dengan tradisi baru. Selain dikenal sukses dengan
tradisi ngaben dan nyekah massa
gratis, desa yang kini dikenal sebagai sentra wisata kuliner seafood setelah Jimbaran ini juga
memiliki tradisi menyambung jalinan komunikasi antargenerasi. Tradisi berupa simakrama ini diberi nama “tali kasih”.
Wujudnya berupa kunjungan pengurus LPD Kedonganan didampingi prajuru Desa Adat Kedonganan ke
rumah-rumah para mantan prajuru dan
pengurus desa, panglingsir desa serta tokoh-tokoh masyarakat. Kunjungan akan
disertai dengan penyerahan bingkisan atau cenderamata kepada sang tuan rumah
yang dikunjungi.
![]() |
Penyerahan "tali kasih" kepada mantan Bendesa Adat Kedonganan, I Made Gandil |
Kepala LPD Kedonganan, I Ketut Madra menyatakan biasanya acara masimakrama atau “tali kasih” ini dilakukan saat perayaan hari ulang tahun (HUT) LPD yang jatuh saban 9 September. Akan tetapi, untuk tahun 2013 ini, “tali kasih” dilaksanakan Maret ini karena pada kebetulan Maret ini terjadi dua hari raya penting, yakni Nyepi dan Galungan-Kuningan. Selain itu, prajuru Desa Adat Kedonganan baru dikukuhkan. Acara “tali kasih” dilaksanakan Kamis (7/3) lalu.
“Jadi, sekalian acara ini menjadi momentum simakrama antara prajuru baru dengan para mantan prajuru,
para panglingsir atau pun tokoh
masyarakat. Dari acara ini diharapkan terjalin komunikasi antara prajuru baru dengan para mantan prajuru dan pengurus desa,” kata Madra.
Hanya memang, saat acara simakrama,
Bendesa Adat Kedonganan, I Ketut Puja, S.Ag., tidak hadir karena pada saat yang
sama menghadiri pertemuan di kantor pusat pemerintahan (puspem) Kabupaten
Badung di Sempidi berkaitan perayaan Nyepi. Puja diwakili Penyarikan I Made Sukada serta sejumlah prajuru lain.
Para mantan prajuru dan pengurus desa yang
dikunjungi tak pelak menyatakan rasa bahagia dan terima kasih. Mereka mengaku
terharu karena jajaran LPD dan pengurus desa masih memperhatikan dan mengingat
para pendahulu. Kunjungan itu juga memotivasi para mantan prajuru dan pengurus desa untuk terus menyumbangkan pikiran bagi
kemajuan desa.
“Untuk kemajuan desa, saya siap menyumbangkan
pemikiran-pemikiran yang mungkin bisa diimplementasikan,” kata panglingsir desa, I Made Parka. Hal
senada juga dikemukakan panglingsir I
Made Sumantara, mantan Bendesa Adat I Wayan Suranata, mantan Lurah Kedonganan,
I Wayan Sandi serta Jero Mangku Made Sukadi.
Sementara mantan Bendesa Adat, I Made Gandil mendoakan agar
para pengurus LPD dan prajuru desa
diberi kekuatan dalam mengabdi memajukan desa. Bendesa adat yang turut
membidani kelahiran LPD Kedonganan ini meminta agar program ngaben massa
saban tiga tahun sekali yang menjadi produk LPD tetap dilanjutkan.
Selain itu, Gandil juga menitipkan pesan agar desa adat bisa
melaksanakan suatu upacara mapahayu desa untuk membersihkan desa dari
segala leteh (kekotoran). Gandil menceritakan pasca-G30S/PKI tahun 1965,
di Kedonganan terjadi konflik horizontal yang memprihatinkan. Banyak rumah
warga dibakar dan bahkan ada yang dibunuh. Saat menjabat Bendesa Adat
Kedonganan, Gandil pernah membicarakan rencana menggelar upacara mapahayu desa
dengan para prajuru. Tapi, karena keterbatasan kondisi saat itu, rencana itu
belum mendapat respons. "Kini Desa Adat sudah maju, sudah mampu. Mungkin
rencana itu bisa dibahas lagi untuk kepentingan desa," kata Gandil yang
kini berusia 82 tahun.
Bendesa Adat Kedonganan, I Ketut Puja yang dihubungi secara
terpisah berterima kasih atas masukan dan saran dari para panglingsir, tokoh, mantan prajuru
dan pengurus desa itu. Puja menegaskan komunikasi dengan para panglingsir, para tokoh, mantan prajuru dan pengurus desa selalu
dilakukan untuk mewujudkan keharmonisan di desa adat.
Sebelumnya, Rabu (27/2) lalu, Puja juga menyerahkan dana
motivasi dan pembinaan kreativitas pemuda melalui ogoh-ogoh kepada para sekaa teruna. Masing-masing sekaa teruna
menerima Rp 2 juta. Dana berasal dari LPD Kedonganan.
Madra menyatakan pihaknya menyediakan anggaran Rp 10 juta
per tahun untuk masing-masing ST. Tapi, dana itu akan diberikan jika ST
memiliki program nyata. Itu sebabnya, ST mesti mengajukan proposal kegiatan
untuk bias mendapatkan dana tersebut. (b./adv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar