Tim juri Sayembara Penulisan Bahan
Bacaan Literasi Tingkat Dasar dan Menengah Balai Bahasa Bali Tahun 2018
menetapkan lima naskah pemenang. Tiga naskah untuk kategori bacaan literasi
tingkat dasar, dan dua naskah untuk kategori bacaan literasi tingkat menengah.
Tiga pemenang sayembara untuk
kategori tingkat dasar, yakni I Gede Aries Pidrawan (“Gerubug”) dengan nilai
total 981, I Nyoman Agus Sudipta (“Bocah Penjaga Sawah”) dengan nilai total
964, dan I Ketut Sandiyasa (“Mutiara Tanah Anom”) dengan nilai toal 925. Dua
pemenang kategori tingkat menengah, yakni Ni Nyoman Ayu Suciartini (“Bersinar
di Timur Pulau Bali”) dengan nilai 1.007 dan I Nyoman Payuyasa (“Dari Mata
Turun ke Kata”) dengan nilai 955.
![]() |
Rapat tim juri sayembara penulisan bahan bacaan literasi Balai Bahasa Bali 2018. |
Panitia sayembara, Puji Retno
Hardiningtyas menjelaskan para pemenang akan memperoleh piagam, trofi, dan uang
pembinaan. Setiap pemenang dari masing-masing kategori sayembara memperoleh
uang tunai sebesar Rp 6 juta. “Penyerahan hadiah dilaksanakan bertepatan dengan
puncak Olimpiade Bahasa dan Sastra bersamaan dengan ulang tahun Balai Bahasa
Bali, di Aula Balai Bahasa Bali, Juni mendatang,” kata Retno.
Anggota tim juri sayembara kategori
tingkat dasar, I Nyoman Tusthi Eddy menyebut tema kearifan lokal yang diangkat
para peserta sudah menunjukkan keragaman, tetapi belum diimbangi aspek
penggarapan yang baik. “Tema-tema yang bagus dan beragam itu butuh dieksplorasi
lagi sehingga menjadi teks yang menarik dan sesuai dengan perkembangan psikologi
anak-anak,” kata Tusthi Eddy.
Hal senada juga diungkapkan anggota
tim juri kategori tingkat dasar, Oka Rusmini dan I Made Sujaya. Menurut
keduanya, banyak kearifan lokal Bali yang menarik tetapi perlu usaha keras
untuk mengolahnya agar menjadi menarik, tak hanya bagi pembaca lokal Bali juga
dari luar Bali.
Tim juri sayembara kategori tingkat
menengah, I Wayan Artika, IBW Widiasa Keniten dan I Wayan Sunarta juga
menekankan pentingnya aspek teknik penyajian itu. Kekuatan sebuah teks terletak
pada teknik penyajiannya, selain aspek materi dan bahasa. “Suatu teks bacaan
yang baik mesti lahir dari pengarang atau penulis yang bekerja keras menyiasati
keterbatasan bahasa,” kata Artika.
Namun, Oka Rusmini menyebut
sayembara ini memiliki peluang besar untuk membudayakan generasi muda mengasah
bakat menulis dan menumbuhkan gerakan
literasi nasional. Selain itu, imbuh Tusthi Eddy, muatan lokal daerah Bali
makin diketahui masyarakat Indonesia.
Tim juri juga bersepakat
menyampaikan rekomendasi agar dalam sayembara tahun depan, penulis bisa fokus
pada penulisan teks cerita. Penulis tidak lagi dibebani soal grafika.
Sayembara penulisan bahan literasi
ini memang diniatkan untuk mendapatkan bahan bacaan literasi yang sesuai untuk
anak-anak. Bahan bacan literasi ini berupa buku yang berisi teks narasi,
deskripsi, eksposisi, dan/atau prosedural. Enam subtema yang ditawarkan dalam
sayembara ini, yaitu lanskap dan perubahan sosial masyarakat perkotaan dan
perdesaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh
Indonesia, kuliner Indonesia, arsitektur tradisional Indonesia, dan cerita
tentang anak Indonesia. (b.)
Teks
dan Foto: Balai Bahasa Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar