Krama Desa Pakraman Kusamba, Kecamatan
Dawan, Klungkung kini sedang mayasa kirti
menyongsong karya mamungkah, tawur lebuh
gentah, pedanan lan ngenteg linggih di Pura Puseh lan Bale Agung. Puncak karya
dilaksanakan bertepatan dengan pujawali
pada Buda Wage Ukir, 4 April 2018. Namun, rangkaian upacara sudah dimuai 1
Januari 2018 lalu.
Ketua Panitia,
I Nengah Sumarnaya menjelaskan karya
ini digelar karena upacara serupa terakhir di Pura Puseh-Bale Agung sudah
dilaksanakan tahun 1992 atau 25 tahun lalu. Menurut petunjuk sulinggih dan berdasarkan lontar-lontar
yang menjadi rujukan upacara keagamaan di Bali, dalam rentang waktu 25 tahun
mesti dilaksanakan kembali karya
mamungkah ngenteg linggih.
“Secara
spiritual, upacara ini tentu bertujuan memohon karahayuan dan kasukertan
jagat, khususnya di Desa Pakraman Kusamba. Secara sosiokultural, upacara
ini memupuk dan mengukuhkan kembali ikatan kebersamaan dan kegotong-royongan krama,” kata Sumarnaya.
Hal senada
diungkapkan Ida Pandita Mpu Jaya Acaryananda saat memberikan dharma wacana bagi panitia dan krama Desa Pakraman Kusamba, Minggu
(28/1) lalu. Menurut Ida Pandita, karya sejenis ngenteg
linggih secara simbolik merupakan upaya membangun kembali tatanan hidup yang
lebih baik di desa pakraman. Penataan dilakukan dalam rentang waktu satu
generasi. "Menurut sastra agama, ngenteg
linggih dilaksanakan setidak-tidaknya dalam waktu 30 atau 33 tahun sekali.
Desa Pakraman Kusamba terakhir melaksanakan karya
ini tahun 1992, baru 25 tahun. Jadi sudah lebih awal sehingga suatu hal yang
sangat baik," kata Ida Pandita.
Ida Pandita
menegaskan karya ngenteg linggih
sebagai investasi menata kehidupan yang lebih baik membutuhkan partisipasi dan
kontribusi positif semua krama sesuai
kemampuan dan kompetensinya masing-masing. Karena melibatkan semua potensi yang
ada di desa, dalam karya ngenteg linggih,
krama mesti mengendalikan diri.
Melaksanakan yadnya harus dilandasi sradha, tattwa, dan susila.
"Melaksanakan
yadnya memang tidak boleh pamerih.
Tapi, setelah yadnya, mesti ada
perubahan," ujar sulinggih yang juga dosen di Institut Hindu Dharma Negeri
(IHDN) Denpasar.
Bendesa Desa
Pakraman Kusamba, AA Gede Raka Swastika juga mengajak krama Desa Pakrama Kusamba mensukseskan karya melalui yasa kerti, baik dalam bentuk perilaku dengan jalan mulat sarira, maupun melalui upacara. “Seluruh
krama Desa Pakraman Kusamba mesti
bersama-sama ngastitiang agar karya
ini berupa pikiran, perkataan dan tindakan yang baik dan suci agar tujuan utama karya untuk mewujudkan karahayuan dan karahajengan bisa tercapai,” kata Raka Swastika.
Sumarnaya
menjelaskan karya mamungkah di Pura
Puseh lan Bale Agung ini diperkirakan
menelan biaya sekitar Rp 1,5 miliar. Hingga kini sudah banyak krama yang mempersembahkan punia berupa uang maupun sarana upakara, termasuk wewalungan.
Rangkaian
upacara sudah dimulai 1 Januari 2018 lalu ditandai dengan mlaspas alit palinggih dan majaya-jaya
panitia karya. Pada 16 Januari 2018
dilaksanakan matur piuning ring kahyangan
tiga desa dan ngaturang pemiyut ring
Pura Basukihan lan Pura Penataran Agung Besakih. Nyukat genah nyuci pada 17
Januari 2018, nanceb taring dan wewangunan lainnya pada 19 Januari 2018,
nuur tirtha sidakarya dan tirtha empul pada 31 Januari 2018 serta ngawit nyuci, mlaspas genah penyucian lan wewangunan serta macaru manca sata ring genah penyucian pada 2 Februari 2018.
Berikutnya,
pada 28 Maret 2018 akan dilaksanakan prosesi nedunang Ida Batara dan mapapada
tawur labuh gentuh. Sehari kemudian, 29 Maret 2018 digelar tawur lebuh gentuh ring utama mandala, mendem padagingan, mlaspas agung, masupati
pralingga, caru manca sanak madurga
ring Bale Agung serta caru manca sata
ring nista mandala. Sabtu, 30 Maret 2018 dilaksanakan nuur tirtha kahyangan jagat dan nuur
tirtha Gunung Semeru. Minggu, 1 April 2018 digelar melasti ke segara dan
prosesi Ida Batara mamasar. Selasa, 3
April 2018 dilaksanakan mapepada karya. Puncak karya pada Rabu, 4 April 2018. Pada 13 April 2018 digelar upacara penyenuk, makebat daun dan nangun ayu.
Upacara panyineb dilaksanakan Minggu,
15 April 2018. Rangkaian upacara karya
diakhiri dengan maajar-ajar di Pura
Goa Lawah pada 18 April 2018. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar