Jaba Pura Bale
Agung yang sekaligus berfungsi sebagai halaman parkir gedung Labda Pacingkreman
Desa (LPD) Adat Kedonganan, Sabtu (12/8) kemarin tampak berbeda. Keramaian
terjadi sejak pagi. Puluhan anak-anak dan remaja mengenakan pakaian adat Bali
memenuhi tempat itu. Mereka sedang unjuk kebolehan membuat aneka perlengkapan
upacara agama Hindu di Bali.
Anak-anak
laki-laki usia sekolah dasar (SD) suntuk membuat sengkui, sedangkan anak-anak perempuan membuat canang sari dan kwangen.
Sementara para pemudanya membuat sanggah
agung dan para pemudi membuat banten
prayascitta. Mereka tengah mengikuti lomba membuat uparengga yang digelar
LPD Kedonganan serangkaian hari ulang tahun (HUT) ke-27 (pitulikur) lembaga keuangan khusus komunitas adat Bali itu.
![]() |
Lomba membuat sengkui. (balisaja.com/courtesy LPD Kedonganan) |
Ketua Panitia,
I Made Andry Susila menjelaskan lomba uparengga
ini diikuti siswa SD dan sekaa teruna (ST) se-Desa Adat Kedonganan. Lomba
uparengga bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada anak-anak dan para pemuda
cara membuat alat upacara atau persembahyangan dengan benar. Dengan begitu,
mereka bisa terjun dalam aktivitas adat dan budaya Bali di tengah-tengah
masyarakat.
Selain lomba uparengga, serangkaian HUT ke-27 LPD
Kedonganan juga digelar sejumlah lomba lain yang memiliki nafas sama.
Lomba-lomba itu di antaranya lomba berbusana adat ke pura antarsiswa SD dan
pemuda, lomba ngelawar antar-ST serta
lomba kreasi jaja bali antar-PKK se-Desa Adat Kedonganan. Lomba berbusana adat
ke pura dilaksanakan Sabtu (5/8) lalu dan lomba ngelawar serta kreasi jaja
bali pada Minggu (6/8).
Lomba
berbusaha adat ke pura diharapkan menjadi media mensosialisasikan cara
berpakaian yang baik dan benar saat ke pura. Lomba ngelawar dan kreasi jaja
bali bertujuan melestarikan tradisi
ngelawar di banjar-banjar serta membangkitkan kembali jajanan tradisional
Bali yang biasanya dijual di pasar-pasar. “Tujuan utama dari semua kegiatan ini
tentu saja mendekatkan anak-anak dan para pemuda dengan segala aktivitas adat
dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu,” kata Andry Susila.
Ketua LPD
Kedonganan, I Ketut Madra mengungkapkan perayaan pitulikur tiban (27 tahun)
LPD Kedonganan memang sengaja difokuskan kepada kegiatan bernuansa adat dan
budaya Bali serta agama Hindu sebagai perwujudan semangat yang mendasari LPD sebagai
lembaga keuangan komunitas khas adat Bali. Menurut Madra, adat, budaya dan
agama merupakan akar sekaligus tujuan pembentukan LPD. Karena itu, LPD
sepatutnya memberikan perhatian yang sungguh-sungguh pada upaya pemertahanan
adat dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu.

Madra juga
membeberkan program pasraman yang
difasilitasi LPD Kedonganan dan Desa Adat Kedonganan. Program pasraman menjadi
unggulan LPD Kedonganan untuk menopang keberlanjutan adat dan budaya Bali yang
dijiwai agama Hindu di Desa Adat Kedonganan. LPD, kata Madra, menjadi generator
dan dinamisator dalam gerakan itu.
Salah seorang
juri lomba uparengga, I Ketut Rudia Adiputra menyampaikan rasa salut atas upaya
yang digagas LPD Kedonganan. Menurut Rudia Adiputra, kegiatan penguatan adat
dan budaya di kalangan anak-anak dan generasi muda penting untuk terus
digalakkan di desa pakraman. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar