Bali kaya
dengan cerita lokal yang unik dan otentik. Masing-masing daerah memiliki cerita
khas, termasuk Kabupaten Klungkung. Sayangnya, cerita-cerita yang kaya kearifan
dan kebijaksanaan lokal itu belum digarap dengan baik. Karena itu, Pemkab
Klungkung didorong mendokumentasikan cerita-cerita lokal itu lalu
mengenalkannya kepada anak-anak melalui sekolah. Untuk menguatkan sosialisasi,
bisa diadakan lomba bercerita atau resensi buku cerita itu.
“Mungkin perlu
digagas lomba menulis cerita rakyat khas Klungkung melibatkan guru-guru. Karya
pemenang diterbitkan. Buku cerita rakyat itulah yang kemudian dijadikan bahan
untuk lomba bercerita,” kata dosen sastra IKIP PGRI Bali, I Made Sujaya saat
menjadi juri lomba bercerita dan baca puisi serangkaian kegiatan Lomba Minat
dan Budaya Baca 2017 yang digelar Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten
Klungkung, Selasa (18/4).
Menurut
Sujaya, ada dua keuntungan yang didapat jika Klungkung mengadakan lomba menulis
dan bercerita tentang cerita rakyat khas daerah itu. Selain mengenalkan cerita-cerita
lokal kepada anak-anak, juga mendokumentasikan kekayaan sastra lisan Klungkung.
![]() |
Pemenang lomba bercerita serangkaian Lomba Minat dan Budaya Baca yang digelar Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Klungkung, Selasa (18/4). |
“Mahkota
Klungkung itu sastra, baik sastra tulis maupun sastra lisan,” ujar Sujaya yang
kini menempuh pendidikan S3 Ilmu Linguistik Konsentrasi Wacana Sastra
Universitas Udayana.
Juri lainnya, pegiat sastra yang juga guru SMA Pariwisata PGRI Dawan, Klungkung, I Wayan Suartha bersepakat dengan Sujaya. Jika kegiatan dokumentasi cerita
lokal bisa dilakukan secara rutin, imbuh Suarta, dalam lima tahun Klungkung
akan memiliki monumen sastra yang berharga di masa depan.
Sementara koordinator
tim juri, Dewa Made Tirtha, mengatakan mengenalkan cerita-cerita lokal penting,
bukan saja untuk mengenalkan kekayaan pengetahuan lokal, juga mengimbangi
serbuan cerita-cerita dari luar.
“Siswa mesti
diajak mengakrabi cerita-cerita lokal itu, sehingga mereka tidak hanya mengenal
cerita Boboiboy atau Shiva, termasuk cerita-cerita lokal yang kaya dengan
nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan,” kata guru SMAN 2 Semarapura ini.
Kepala Bidang
Perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Klungkung, I Wayan
Watra menyambut positif usulan itu. Dia menyatakan bakal mengusulkan hal itu
kepada Kadis untuk diperjuangkan dalam penyusunan anggaran.
Lomba bercerita diikuti 13 peserta dari berbagai SD di Klungkung, sedangkan lomba baca puisi diikuti 25 peserta dari berbagai SMA/SMK di Klungkung. Lomba bercerita dimenangi Ni Made Niti Artasari (SD 1 Semarapura Kangin), disusul Ni Luh Komang Cahya Ningrum (SD 1 Kamasan) sebagai juara II, dan Ni Nyoman Praja Paramita D (SD 1 Tojan) sebagai juara III. Sementara lomba baca puisi dimenangi Ni Luh Eva Lidyantari (SMKN 1 Klungkung), disusul Ni Luh Manik Sugiantini (SMAN 2 Semarapura) sebagai juara II dan Ni Kadek Marina (SMAN 1 Dawan) sebagai juara III. (b.)
Lomba bercerita diikuti 13 peserta dari berbagai SD di Klungkung, sedangkan lomba baca puisi diikuti 25 peserta dari berbagai SMA/SMK di Klungkung. Lomba bercerita dimenangi Ni Made Niti Artasari (SD 1 Semarapura Kangin), disusul Ni Luh Komang Cahya Ningrum (SD 1 Kamasan) sebagai juara II, dan Ni Nyoman Praja Paramita D (SD 1 Tojan) sebagai juara III. Sementara lomba baca puisi dimenangi Ni Luh Eva Lidyantari (SMKN 1 Klungkung), disusul Ni Luh Manik Sugiantini (SMAN 2 Semarapura) sebagai juara II dan Ni Kadek Marina (SMAN 1 Dawan) sebagai juara III. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar