Balai Bahasa Bali bekerja sama dengan Komunitas
Jatijagat Kampung Puisi (JKP) Bali melaksanakan forum diskusi Sastra dengan tema
“Masa Depan Penulis Bali Memasuki Jagat Sastra Indonesia” di Jatijagat Kampung
Puisi, Jalan Cok. Agung Tresna No. 109, Renon, Denpasar, Selasa (28/2) lalu.
Dalam kegiatan diskusi sastra yang dirangkaikan dengan peluncuran buku kumpulan
puisi Api Kata karya Kim Al Ghozali
dan kumpulan cerpen Khotbah karya Dwi
S. Wibowo, Balai Bahasa Bali menghadirkan sastrawan Bali yang namanya sudah
melambung di tingkat nasional dan internasional, Oka Rusmini. Diskusi juga
dihadiri pada sastrawan, akademisi dan peminat sastra di Bali.
Diskusi ini dimaksudkan untuk menjaring
data akurat tentang kebutuhan masyarakat akan fasilitasi peningkatan apresiasi
sastra. Kegiatan
ini dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Denpasar, Karangasem, dan Buleleng
dengan konsep yang sama, diskusi dan bedah buku karya sastrawan Bali.
Kepala Balai Bahasa Bali, I Wayan Tama mengatakan forum
diskusi sastra ini merupakan kegiatan baru Balai Bahasa Bali untuk menampung
aspirasi sastrawan dan memberikan energi agar sastra dapat berkembang subur di
Bali. “Untuk menumbuhkan energi kehidupan sastra di Bali diperlukan kerja sama
antara Balai Bahasa Bali, sastrawan, penggiat sastra, dan masyarakat Bali,”
tambahnya.
Tana mengatakan, Balai Bahasa Bali berharap terjalin
kerja sama dan sinergi pemikiran yang seimbang antara Balai Bahasa Bali,
sastrawan, pakar sastra, penggiat satra, dan masyarakat untuk membangun
jejaring kerja tentang sastra di Bali. Balai Bahasa Bali mengajak masyarakat
untuk memikirkan pembinaan, pengembangan, dan pelestarian sastra ke depan,
seperti kegiatan sastrawan masuk sekolah, bengkel sastra, atau diskusi sastra
sehingga kehidupan sastra di Bali tidak kalah dengan sastra di daerah lain.
Balai Bahasa Bali siap menampung aspirasi masyarakat Bali untuk mengedepankan
sastra yang membumi di daerah Bali.
Penyair Wayan Jengki Sunarta memberi masukan kepada Balai
Bahasa Bali agar memperhatikan para sastrawan. Bila perlu diwadahi melalui
kegiatan sastra yang melibatkan sastrawan.
Tana menyatakan Balai Bahasa Bali menawarkan kerja sama di bidang
kesastraan kepada sastrawan Bali. Menurutnya, salah satu kegiatan Balai Bahasa
yang melibatkan sastrawan, yakni Sayembara Penulisan Bahan Ajar bagi Siswa di
Sekolah Dasar. Balai Bahasa Bali memberikan peluang bagi penulis muda atau
sastrawan Bali untuk mengirimkan karya mereka untuk mengikuti kegiatan
sayembara penulisan cerita rakyat.
Harapan senada juga disampaikan Mira M.M. Astra, Oka Rusmini, dan Satrio
Welang. Mereka berharap ada perhatian dari Balai Bahasa Bali untuk sastrawan di
Bali.
“Untuk kegiatan lanjutan, Balai Bahasa Bali dapat mewadahi temu sastrawan
Bali, baik penulis sastra Bali modern maupun sastra Indonesia,” usul Mira M.M.
Astra.
Oka Rusmini menambahkan bahwa bentuk kegiatan sastra lainnya yang perlu
dipikirkan oleh Balai Bahasa Bali yakni merangkul penulis muda, misalnya siswa
SMA/SMK dan mahasiswa sehinga penerus generasi sastrawan Bali dapat muncul di
lingkungan sekolah dan perguruan tinggi. “Untuk membentuk karakter anak didik
sejak dini dapat dilakukan melalui proses kreatif dan cipta seni/karya sastra,”
lanjut Oka Rusmini.
Secara khusus Oka Rusmini juga mengupas dua buku yang diluncurkan.
Menurut Oka, kumpulan cerpen
Khotbah karya Dwi S. Wibowo yang berisi
11 cerpen menjadi pigura-pigura yang menjanjikan. Cerpen-cerpen Wibowo mengetengahkan
jarak antara modern dan tradisional. Saran Oka Rusmini untuk penulis muda, seperti
Dwi S. Wibowo dan lainnya harus banyak belajar dari teknik menulis Norman
Erikson Pasaribu, yang memiliki teknik bercerita sederhana, tema sederhana dan
kecil, tetapi kuat dan berciri khas yang menandakan penulisnya.
Ketika membaca
puisi-puisi Kim Al Ghozali, Oka Rusmini menyatakan Kim perlu berproses kreatif
yang lebih giat lagi. “Puisi Kim ini tergolong romantis, penyair Indonesia yang
romantis adalah Acep Zamzam Noor. Kalau di Bali, Kim perlu membaca karya Made
Adnyana Ole,” papar Oka Rusmini. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar