Mendongeng masih diminati anak-anak.
Namun, banyak orang tua yang tidak memiliki waktu untuk mendongeng karena
kesibukan pekerjaan dan kegiatan lain. Karena itu, model mendongeng lima menit
cocok diterapkan para orang tua sibuk tetapi memiliki keinginan mendampingi
anaknya dengan mendongeng.
Made Taro, pendongeng Bali yang
mengenalkan model mendongeng lima menit ini. Bahkan, Taro menulis dongeng-dongeng
yang cocok sebagai bahan mendongeng lima menit di tabloid keluarga, Tokoh.
![]() |
Made Taro (kiri) memberikan workshop mendongeng di FIB Unud (balisaja.com/istimewa) |
“Model mendongeng lima menit memang
saya buat untuk para orang tua yang sibuk tetapi masih ingin mendongeng untuk
anak-anaknya,” kata Taro saat memberikan workshop
mendongeng di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana, Jumat (23/9). Workshop digelar serangkaian perayaan
hari ulang tahun (HUT) ke-58 FIB dan HUT ke-35 Badan Kekeluargaan (BK) FIB.
Selain cocok untuk orang tua sibuk,
menurut Made Taro, mendongeng lima menit juga cocok dengan kondisi anak-anak
sekarang yang tidak kuat berlama-lama mendengar cerita. Karena itu, waktu
mendongeng yang lebih singkat dengan cerita dongeng yang lebih pendek sangat
tepat.
“Mendongeng lima menit membuat
dongeng tetap bisa eksis di kalangan anak-anak,” kata Taro.
Pengasuh Sanggar Kukuruyuk ini
mengakui banyak kalangan khawatir dongeng akan hilang di tengah kuatnya
gempuran permainan modern. Namun, Taro justru optimistis dongeng akan bisa
berkembang. Caranya, menyesuaikan dengan perkembangan. Selain menerapkan model
mendongeng lima menit, cara lain yang tidak kalah penting yakni menerapkan
model mendongeng sambil bermain.
Dunia anak-anak, kata Taro,
merupakan dunia bermain. Dongeng juga amat dekat dengan permainan. Karena itu,
dongeng dan permainan bisa disinergikan.
Meski mendongeng hanya lima menit,
Taro menegaskan, bukan lantas berarti dongeng diperpendek. Menurut Taro,
keutuhan dan keaslian dongeng tetap dijaga.
“Roh dongeng tetap dipelihara,
nilai-nilai karakternya tetap dipertahankan,” kata Taro.
Mendongeng lima menit, imbuh Taro,
menggunakan dongeng yang cocok. Hanya memang, kata Taro, tidak semua dongeng
bisa dijadikan bahan mendongeng lima menit.
Dekan FIB Unud, NL Sutjiati Berata menyatakan
dongeng kaya dengan nilai-nilai karakter. Itu sebabnya, dongeng tepat dijadikan
media pembentukan karakter anak-anak. Kegiatan mendongeng dalam keluarga perlu
dirawat dengan berbagai modifikasi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Selain workshop mendongeng, serangkaian HUT, FIB juga menggelar berbagai
kegiatan bertajuk “Pentas Budaya”, di antaranya pentas tari Nusantara, pameran
buku-bulu terlarang, kuliah umum berbasis buku Serdadu Belanda di Indonesia (1945-1950) dengan narasumber Gert
Oostindie dari Belanda, workshop
kaligrafi dan aksara, kain Nusantara, lukisan gua (cadas) Nusantara dan berbagai kegiatan lain.
Puncak acara dilaksanakan pada Selasa (27/9) dengan pemberian award dan
pementasan kesenian. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar