Menu

Mode Gelap
Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat Bebantenan, Cara Manusia Bali Menjaga Alam Semesta SMAN 1 Ubud dan SMAN 2 Semarapura Juarai Lomba Bulan Bahasa Bali di UPMI Bali Bulan Bahasa Bali VI Jalan Terus, Tapi di Hari Coblosan “Prai” Sejenak Konservasi Pemikiran dan Budaya Melalui Gerakan Literasi Akar Rumput

Bale Bengong · 23 Apr 2011 08:11 WITA ·

Perempuan Bali dan Cermin Tiga Dewi


					Perempuan Bali dan Cermin Tiga Dewi Perbesar

Oleh: I MADE SUJAYA

Tentu bukan sesuatu kebetulan belaka dalam ajaran Hindu yang dipuja sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah seorang dewi (Dewi Saraswati). Bukan tanpa alasan pula jika yang dipuja sebagai sumber kemakmuran juga seorang dewi (Dewi Sri). Dan, pasti bukan tanpa makna yang dipuja sebagai sumber kebahagiaan adalah seorang dewi (Dewi Laksmi).

Inilah bentuk pengakuan dan penghormatan tradisi Bali dan ajaran Hindu kepada sosok bertanda perempuan. Bahwa perempuan merupakan pendidik pertama dan utama dalam kehidupan. Bahwa perempuan merupakan sumber kemakmuran. Bahwa perempuan merupakan penyebab kebahagiaan.
Bahkan, seorang perempuan juga merupakan pemimpin yang pertama dan utama. Tatkala menjadi istri, perempuan sering disebut sebagai pramiswari (permaisuri). Kata pramiswari berasal dari kata parama yang artinya ‘pertama’ atau ‘utama’ dan isawari artinya ‘pemimpin’.

Begitu mulianya posisi perempuan dalam ajaran Hindu. Karenanya, dalam susastra-susastra Hindu maupun Bali, perempuan sering disebutkan menentukan nasib suatu bangsa. Jika dalam suatu bangsa perempuan dihormati, maka bangsa tersebut mencapai kebahagiaannya. Sebaliknya, jika dalam suatu bangsa perempuan direndahkan, bangsa itu tidak akan pernah mencapai kebahagiaan.
Namun, semua ini juga menjadi pesan berharga bagi seorang perempuan. Bahwa perempuan seyogyanya memang bercermin pada ketiga dewi tersebut. Untuk bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya, seorang perempuan patutlah senantiasa dekat dengan ilmu pengetahuan, dengan sastra. Jika seorang perempuan ingin menjadi sumber kemakmuran bagi keluarganya, dia mestilah menguasai kemampuan manajemen kesejahteraan keluarga. Kalau perempuan ingin merasakan dihargai sebagai sumber kebahagiaan dalam keluarganya, dia mestilah menjadikan dirinya ada dan dirasakan dalam keluarganya. Seorang perempuan mesti mampu memberikan kesejukan dalam keluarga.
Ini bukanlah serentetan tuntutan bagi kaum perempuan hingga justru dipandang sebagai upaya menyerahkan seluruh beban kepada perempuan. Akan tetapi, semua ini merupakan sebuah renungan bagi kaum perempuan betapa mulia sekaligus beratnya posisinya sebagai perempuan.
Dan memang, pilihan menjadi perempuan sungguh tidak mudah. Perempuan adalah pengampu dunia, pengasuh jagat raya. Tugas yang sangat tidak ringan. Namun, pada tugas berat itu pula, kemuliaan perempuan dikukuhkan. Karena itu, jangan pernah menyesal menjadi perempuan. (b.)

___________________________ 

Foto: I MADE SUJAYA 
Penyunting: I KETUT JAGRA

http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 67 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Konservasi Pemikiran dan Budaya Melalui Gerakan Literasi Akar Rumput

21 Desember 2023 - 05:06 WITA

Bertapa Kata-kata di Era Media Sosial [Renungan Hari Saraswati]

20 Mei 2023 - 06:10 WITA

Literasi di Tengah Tantangan Ekonomi Orang Tua Siswa: Catatan Safari Literasi Akar Rumput di Jembrana

14 Mei 2023 - 11:40 WITA

Menguak Hegemoni Teks Ilmiah di Kampus: Catatan Safari Literasi di UPMI Bali

25 Maret 2023 - 09:17 WITA

Menggiring Bebek: Catatan dari Sebuah Lomba Menulis Esai

12 Desember 2022 - 18:39 WITA

Sekeping Kisah Guru dari Kaki Gunung Batukaru

25 November 2022 - 16:30 WITA

Trending di Bale Bengong