ADVERTORIAL
Cerita Desa Pecatu hingga tahun 1980-an adalah cerita sebuah bukit
gersang yang kerontang. Hingga awal tahun 1980-an,
masyarakat Pecatu masih dihimpit masalah klasik: air bersih. Kesulitan mendapat air membuat warga Pecatu sangat
tergantung kepada air hujan, baik untuk kepentingan bertani atau pun kebutuhan
rumah tangga. Padahal, umumnya penduduk
Pecatu merupakan petani lahan kering serta peternak yang mencapai sekitar
70%.
Itu
sebabnya, sampai tahun 1990-an, belum banyak yang percaya desa di ujung kaki
Bali ini akan menjadi desa maju. Bahkan, warga Pecatu masih ingat bagaimana
sejumlah orang luar Pecatu yang menolak diberikan lahan di Pecatu secara
cuma-cuma. Pernah terjadi, seorang penyuluh pertanian dari Tabanan yang
bertugas di Pecatu menolak diberikan lahan perkebunan secara cuma-cuma oleh
warga Pecatu. Penyebabnya tiada lain, kondisi tanah yang kering serta sulit
memperoleh air.
Kini,
Pecatu melaju sebagai desa yang berkembang pesat karena pariwisata. Daya tarik
wisata di Pecatu kini tidak hanya Pura Uluwatu, tetapi sudah bermunculan
sejumlah daya tarik wisata baru, seperti Pantai Dreamland serta Pantai
Padang-padang. Keberadaan pantai yang beradu dengan tebing-tebing kokoh
ternyata menjadi daya tarik luar biasa bagi Pecatu. Desa di ujung selatan Bali ini mulai menikmati
kemakmuran dari industri turisme.
Pariwisata memang menjadi penggerak
perekonomian Pecatu. Namun, lokomotif penting kemajuan Pecatu tiada lain
lembaga keuangan komunitas milik desa adat: LPD Pecatu. Lembaga ini didirikan
pada 12 Desember 1988.
Pendirian LPD Desa Adat Pecatu memiliki arti penting bagi krama Desa Adat Pecatu. LPD Pecatu
didedikasikan sebagai tonggak perjuangan menuju Desa Pecatu yang sejahtera,
baik sekala (fisik) maupun niskala (jiwa). “Itu sebabnya, tanggal peresmian dipilih 12
Desember 1988. Tanggal itu merujuk pada sebuah peristiwa bersejarah penyerangan
para pemuda pejuang mengusir tentara Jepang yang terjadi di Pecatu pada awal
kemerdekaan RI,” beber Kepala LPD Pecatu, I Ketut Giriarta.
Peristiwa itu dicatat sebagai salah satu andil masyarakat Pecatu dalam
menegakkan kemerdekaan RI. Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, pada tahun
1989 dibangun sebuah monumen perjuangan di Desa Pecatu. Monumen itu diresmikan
pada 13 Desember 1990.
![]() |
Kepala LPD Pecatu (kiri) saat menerima penghargaan sebagai LPD Terbaik di Kabupaten Badung tahun 2014. |
“LPD Pecatu didedikasikan menjadi tonggak perjuangan Desa Pecatu
mencapai cita-cita kemerdekaan: masyarakat adil dan makmur atau sejahtera,”
tutur Giriarta.
Memang, di awal pendirian, LPD Pecatu mengalami masa-masa sulit. Namun,
kini, di usianya ke-27, LPD Pecatu semakin berkibar. Tak hanya kinerja
keuangannya yang luar biasa, manfaatnya bagi masyarakat Pecatu pun kian terasa. Hingga tahun ini, aset LPD Pecatu mencapai 381 miliar. Tak salah jika LPD Pecatu ditetapkan sebagai LPD Terbaik se-Kabupaten Badung tahun 2014 untuk LPD dengan aset di atas Rp 5 miliar.
Bendesa Adat
Pecatu, I Ketut Murdana pun menegaskan hal serupa. Menurutnya, tanpa LPD, Desa
Adat Pecatu tidak akan bisa seperti sekarang. Berkat LPD, beban krama dalam mempertahankan adat dan
budaya Bali di Desa Adat Pecatu menjadi lebih ringan.
Untuk kegiatan
pembangunan pura serta menyelenggarakan aci
atau upacara di pura, krama kini
tidak perlu lagi urunan. Bahkan, untuk menggelar upacara pengabenan dan nyekah
secara massal, LPD menjadi penyokong dana utama. Selain secara rutin memberikan
dana pembangunan ke desa adat sebesar 20% dari laba, LPD juga memberikan dana
sosial sebesar 5% dari laba setiap tahun. Di luar itu, masih ada kontribusi
lain bagi desa adat dan krama desa.
“Kini, banjar-banjar juga sudah mendapatkan dana pembinaan adat, budaya dan
agama senilai Rp 200 juta per banjar. Sebelumnya Rp 150 juta. Kalau tidak ada LPD,
kami tak mungkin bisa seperti ini,” kata Murdana.
Sabtu (12/12) kemarin, LPD Pecatu merayakan HUT ke-27. Puncak acara HUT ini diisi dengan penarikan hadiah bagi nasabah penabung dan deposan. Hadiah utama yang disediakan tak tanggung-tanggung: satu unit sepeda mobil. Hadiah mobil ini diraih I Nyoman Radih dari Tempekan Puluk-puluk, Desa Adat Pecatu. Selain mobil, puluhan hadiah menarik lainnya juga diundi. Warga Pecatu pun bangga memiliki LPD.
Giriarta mengajak krama Desa Adat Pecatu menjadikan LPD sebagai mediator mewujudkan kasukertan Desa Adat Pecatu, baik dari parahyangan, pawongan, maupun palemahan. (b./adv)
Sabtu (12/12) kemarin, LPD Pecatu merayakan HUT ke-27. Puncak acara HUT ini diisi dengan penarikan hadiah bagi nasabah penabung dan deposan. Hadiah utama yang disediakan tak tanggung-tanggung: satu unit sepeda mobil. Hadiah mobil ini diraih I Nyoman Radih dari Tempekan Puluk-puluk, Desa Adat Pecatu. Selain mobil, puluhan hadiah menarik lainnya juga diundi. Warga Pecatu pun bangga memiliki LPD.
Giriarta mengajak krama Desa Adat Pecatu menjadikan LPD sebagai mediator mewujudkan kasukertan Desa Adat Pecatu, baik dari parahyangan, pawongan, maupun palemahan. (b./adv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar