Gerakan mendorong lahirnya wirausaha muda mengemuka di
Badung Selatan, khususnya di Desa Adat Kedonganan, Kuta dan Pecatu. Motornya
tiada lain Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di ketiga desa. Ketiga lembaga
keuangan khusus komunitas adat itu meluncurkan program khusus untuk menarik
minat generasi muda mau menjadi wirausaha.
1. Lomba Wirausaha Muda LPD Kedonganan
LPD Desa Adat Kedonganan menggelar serangkaian kegiatan
khusus wirausaha. Diawali dengan temu wirausaha muda bertajuk “Weekend
Entrepreneur 2015” (3/7) yang disusul dengan lomba wirausaha muda (22/8). Kedua
kegiatan yang digelar serangkaian HUT ke-25 LPD Kedonganan itu diikuti anggota
sekaa teruna (ST) se-Desa Adat Kedonganan. Temu wirausaha muda berupa kegiatan
berbagi pengalaman antara sejumlah wirausaha muda sukses dengan anggota ST.
Lomba wirausaha muda berbentuk presentasi proposal usaha yang dibuat
masing-masing ST secara berkelompok.
Lomba Wirausaha Muda di LPD Kedonganan. (balisaja.com/istimewa) |
Kepala LPD Kedonganan, I Ketut Madra menyatakan kegiatan
khusus wirausaha ini merupakan bagian kesungguhan LPD mendorong lahirnya
wirausaha muda di desa adat. Sebagai lembaga keuangan khusus komunitas adat
Bali, kata Madra, LPD siap memfasilitasi permodalan maupun memberikan
pendampingan bagi anak-anak muda yang mau terjun berwirausaha.
“Yang penting ada kemauan dan keberanian untuk menjadi
wirausaha, LPD Kedonganan siap membantu,” kata Madra.
Berbagai ide bisnis yang inovatif dan kreatif pun mengemuka
dalam lomba. Yang menarik, ide kreatif itu selaras dengan potensi Kedonganan
sebagai pusat kuliner ikan laut, seperti bakso ikan lemuru.
2. Program BMW LPD Kuta
Program khusus wirausaha juga dimiliki LPD Kuta. Bertepatan
dengan perayuaan HUT ke-19, Juli lalu, LPD Kuta meluncurkan program Berani Menjadi
Wirausahawan (BMW).
Kepala LPD Desa Adat Kuta, I Wayan Gede Budha Artha
menjelaskan program BMW meliputi pemberian modal usaha serta pendampingan atau
konsultasi bisnis. Setiap peserta program akan diberikan modal kerja senilai Rp
25 juta per orang. Program ini diberikan kepada delapan orang yang dinyatakan
memenuhi kriteria. “Dana program diambil dari dana sosial LPD Kuta sebesar Rp
200 juta,” ungkap Budha Artha.
Modal kerja yang diberikan ini bersifat kredit lunak dan
nonbunga. Bahkan, imbuh Budha Artha, kredit yang diberikan juga nonrisiko.
“Artinya, kalau pun usaha gagal di tengah jalan, penerima tidak dibebani risiko
apa pun. Dengan catatan, usaha dijalankan dengan prinsip-prinsip yang baik dan
benar serta mengikuti rekomendasi konsultan dari LPD Kuta,” kata Budha Artha.
Program ini menyasar krama Desa Adat Kuta yang kemampuan
ekonominya rendah serta tidak memiliki jaminan yang memadai untuk dijadikan
agunan. Namun, krama penerima program wajib memiliki kemauan dan semangat untuk
membuka usaha baru.
“Untuk menjadi wirausahawan, modal utamanya memang kemauan
dan semangat. Kalau modal dana itu masih bisa dicari. Rugi juga diberi modal
besar tetapi kemauan dan semangat wirausahanya tidak ada,” kata Budha Artha.
Karena itu pula judul program ini Berani Menjadi
Wirausahawan. Kata kuncinya, menurut Budha Artha, keberanian. Keberanian lahir
dari kemauan yang kuat dan semangat yang tidak pernah padam.
“Gagal dalam berusaha itu biasa. Usaha boleh jatuh, tapi
semangat jangan sekali-kali ambruk. Gagal sekali, bangkit lagi dua kali. Begitu
seterusnya. Semangat petarung dalam berusaha ini yang ingin kami tumbuhkan
melalui program BMW ini,” kata Budha Artha.
3. KKPS LPD Pecatu
Lain
lagi LPD Pecatu yang memiliki program Kredit Krama Pecatu Sejahtera (KKPS).
Program ini mulai diluncurkan tahun 2010 yang dimaksudkan untuk memacu perkembangan
usaha-usaha kecil yang produktif krama
Desa Pecatu serta memotivasi krama
mengembangkan jiwa wiraswasta sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk
optimalisasi pendapatan.
“KKPS
juga untuk menghindarkan krama dari
sistem ijon yang memberatkan sekaligus serta pemerataan pembangunan masyarakat
Desa Pecatu,” kata Kepala LPD Pecatu, I Ketut Giriarta.
KKPS, kata Giriarta, menyasar krama yang tidak bankable
atau tidak mempunyai agunan/jaminan. ”Jaminannya adalah sebagai krama Desa Adat Pecatu,” imbuh Giriarta.
Namun,
untuk menghindari risiko kredit, debitur diwajibkan mengasuransikan kreditnya. Jika terjadi kredit terklasifikasi kurang lancar,
diragukan, dan macet disampaikan kepada Kelian Desa Adat/Badan Pengawas/Kelian
Banjar adat/Badan Pembina untuk dilakukan Pembinaan dan sesuai rekomendasi yang
diberikan oleh Badan Pengawas dan Badan Pembina Internal/Tingkat Desa. Bagi
kredit yang terkategori macet dan telah dilakukan pembinaan serta penagihan
wajib diumumkan pada paruman Desa
Adat maupun Banjar Adat.
Jalan menjadi wirausaha muda sudah dibuka, fasilitas
juga disediakan. Kini tinggal generasi muda di ketiga desa meresponsnya dengan
serius. Saatnya menjadi wirausahawan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar