Asal-usul Tempat Wisata Menarik di Bali
Salah satu ikon penting objek wisata Kuta Bali itu bernama Gang Poppies. Inilah gang yang paling terkenal di antara puluhan gang yang ada di kawasan Kuta. Semua orang Kuta atau pun orang-orang yang bergelut dengan kehidupan pariwisata Kuta pasti mengenal gang ini. Di mancanegara, Gang Poppies juga sangat tersohor. Namun, jarang yang tahu mengapa gang yang menghubungkan Jalan Legian dengan Jalan Pantai Kuta itu diberi nama Gang Poppies. Saking terkenal dan padatnya aktivitas di kawasan ini, orang-orang pun tak lagi menyebutnya Gang Poppies tapi Jalan Poppies.
Hingga akhir tahun 1972, kawasan Kuta baru menapaki masa-masa awal perkembangan sebagai daerah turis. Fasilitas publik belum begitu memadai. Belum semua jalan diaspal. Sebagian masih berupa jalan tanah. Saat musim kemarau, jalan-jalan itu berdebu bukan main. Sebaliknya saat musim hujan, terdapat kubangan air di mana-mana.
Listrik juga belum merata masuk
ke desa di pinggir pantai ini. Rumah-rumah warga umumnya masih menggunakan
lampu tempel atau sundih. Malah,
banyak dari pention atau restoran
yang dimiliki warga Kuta kala itu masih menggunakan penerangan tradisional. Kendati
begitu, pention dan restoran dengan
lampu penerangan seadanya itu disukai turis-turis hippies (wisatawan yang datang mengenakan ransel dan berkantong
tipis, umumnya anak-anak muda dan berasal dari Australia).
Pantai Kuta Bali (Kuta beach) memang sudah menjadi
daya tarik wisatawan. Akses utama menuju pantai yakni sebuah jalan yang
terbentang dari sisi timur hingga barat di depan balai Banjar Temacun dan Pande
Mas. Jalan ini kemudian dikenal sebagai Jalan Pantai Kuta.

Namun, ada juga akses menuju
pantai berupa gang-gang kecil. Salah satunya sebuah gang yang lebarnya sekitar
50 meter menghubungkan balai Banjar Pering ke Pantai Kuta. Gang ini hanya bisa
dilewati sepeda gayung. Jika lewat di gang ini pun harus siap-siap terganggu
dengan debu karena jalan masih berupa tanah bercampur pasir. Saat musim hujan,
gang ini pun becek luar biasa.
Seperti lazimnya saat itu, gang
ini belumlah memiliki nama. “Dulu kan
tak ada yang memberikan nama sebuah gang. Orang hanya menyebutnya rurung karena sangat sempit, tak selebar
jalan umum,” kata mantan Lurah Kuta, I Made Suardika.
Namun, Sang Ayu Made Sukeny yang rumahnya di gang tersebut mengaku masih ingat gang di depan rumahnya itu diberi nama Gang Taman Sari. “Nama itu diberikan karena gang ini merupakan akses menuju Pura Taman Sari yang ada di sebelah barat rumah saya,” kata perempuan yang kemudian dikenal dengan panggilan Made Zenik itu.
Akan tetapi, tidak semua orang
Kuta ingat dengan nama Gang Taman Sari itu. Kebanyakan menyebut gang tersebut
tidak memiliki nama. “Gang Taman Sari itu nama yang diberikan kemudian dan tak
begitu dikenal,” kata Supatra Karang yang sejak tahun 1980-an.
Dalam ingatan Supatra, awalnya
Gang Poppies hanya dikenal warga dengan julukan Gang Memedi. Penyebabnya, orang
sering takut lewat di gang tersebut. “Yang menyebabkan takut karena gang itu
sangat lengang. Hanya ada beberapa rumah. Sebagian besar masih berupa ladang.
Gang ini katanya sering dilewati memedi
(makhluk halus),” kata Supatra Karang.
Hal senada diungkapkan Suardika.
Dia masih ingat, di kanan-kiri Gang Poppies awalnya tumbuh kacang-kacangan,
pohon kelapa serta bengkuang. Di kanan-kiri gang dibatasi oleh pandan berduri.
Gang Poppies II yang berada beberapa meter di sebelah
utara Gang Poppies I awalnya juga diambil dari nama Poppies Cottage yang juga
milik Made Cenik. Pasalnya, Poppies Cottage yang pertama berdiri di tempat itu.
Kini, gang sempit itu sudah sangat jauh berubah. Di kanan-kiri kini tumbuh berbagai hotel, penginapan, restoran, toko seni dan usaha pariwisata lain. Nama Gang Poppies itu mendunia, bahkan menjadi salah satu ikon Kuta. (b.)
Ihwal nama Poppies bermula dari nama warung milik Sang Ayu Made Cenik Sukeny. Pada tanggal 13 Maret 1970, Sang Ayu memulai usaha kecil-kecilan berjualan di pantai dengan modal uang hanya
Rp 250 pemberian orang tuanya. Karena makin berkembang, Sang Ayu
pun mendirikan warung darurat yang
disangga pohon waru, kayu santen dan dengan atap klangsah. Baru tiga bulan berjualan, warung daruratnya itu dibakar
orang tak dikenal. Sang Ayu pun menangis, hatinya teriris.
Pembakaran warungnya di pantai
itu malah membangkitkan semangatnya untuk berusaha lebih baik lagi. Ia pindah
lagi membangun warung sederhana di bawah pohon camplung, sekitar 100 meter dari
lokasi semula, depan palinggih
Unggan-unggan sekarang. Warung itu diberinya nama Warung Jenik. Meski
sederhana, wisatawan banyak yang datang berbelanja.
Saat membuka Warung Jenik itulah
dia berkenalan dengan dua orang wisatawan, George dan Bob. Kedua orang itulah
yang banyak membantu Sang Ayu mengembangkan warungnya agar diminati wisatawan
asing.
Sampai akhirnya Sang Ayu diusir
lagi oleh petugas karena dilarang berjualan di Pantai Kuta. Dia pun mendirikan
sebuah restoran sederhana di atas tanah seluas 11 are milik orang tuanya di
sebuah gang sempit yang menghubungkan Banjar Pering dengan Pantai Kuta. Oleh
George dan Bob, restoran Sang Ayu itu diberi nama Poppies. Mulai dibuka 12
Januari 1973 dengan 10 meja dan 40 kursi serta 10 orang karyawan. “Nama Poppies
diambil dari nama sebuah bunga indah yang tumbuh di California, AS,” kata Sang
Ayu.
Lambat laun Restoran Poppies
berkembang pesat. Nama Poppies pun semakin dikenal. Dari sinilah kemudian orang
menyebut gang menuju Restoran Poppies sebagai Gang Poppies. “Karena Poppies
merupakan usaha yang pertama berdiri di sana ,
maka gangnya disebut Gang Poppies,” tutur mantan Bendesa Desa Adat Kuta, I Made
Wendra.
Kini, gang sempit itu sudah sangat jauh berubah. Di kanan-kiri kini tumbuh berbagai hotel, penginapan, restoran, toko seni dan usaha pariwisata lain. Nama Gang Poppies itu mendunia, bahkan menjadi salah satu ikon Kuta. (b.)
Teks dan Foto: I Made Sujaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar