Menu

Mode Gelap
Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat Bebantenan, Cara Manusia Bali Menjaga Alam Semesta SMAN 1 Ubud dan SMAN 2 Semarapura Juarai Lomba Bulan Bahasa Bali di UPMI Bali Bulan Bahasa Bali VI Jalan Terus, Tapi di Hari Coblosan “Prai” Sejenak Konservasi Pemikiran dan Budaya Melalui Gerakan Literasi Akar Rumput

Legenda Bali · 14 Apr 2015 04:37 WITA ·

Asal-usul Seminyak


					Asal-usul Seminyak Perbesar

Pantai Seminyak (Sumber foto: www.wikitravel.org)

Oleh: KETUT JAGRA 


Seminyak kini tersohor sebagai salah atau tempat wisata pilihan wisatawan, baik asing maupun domestik. Di internet, nama Seminyakbelakangan makin berkibar. Di laman mesin pencari Google, kata kunci “seminyak” tercatat di 12.300.000 laman. Angka ini melampaui kata kunci “legian” yang mencatat angka 7.260.000. Meski belum bisa menyamai kata kunci “kuta” yang mencapai 30.000.000, pencapaian Seminyak yang terletak di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung ini merupakan prestasi tersendiri. Pasalnya, Seminyak relatif belakangan berkembang sebagai destinasi wisata tinimbang Legian.

Kendati makin tenar sebagai objek wisata, banyak yang tak tahu asal-usul nama Seminyak. Hingga kini, ada dua versi mengenai cikal bakal nama Seminyak.

Versi pertama berhubungan dengan Raja Pemecutan yang menguasai wilayah Badung, termasuk Seminyak. Diceritakan, pada masa lalu salah seorang sameton(saudara) Raja Pemecutan diutus untuk membuka lahan yang msih berupa hutan di kawasan Legian hingga Seminyak sekarang. Di sinilah dia mendirikan sebuah jero(rumah).

Oleh raja, dia diberikan panjak (rakyat pengikut) yang berasal dari Desa Padangsumbu. Hingga kini, tutur Mara, masih ada ikatan pasawitran (persaudaraan) yang rekat antara warga Seminyak dengan Padangsumbu. “Bila di Padangsumbu ada kematian, kami datang ke sana. Begitu juga sebaliknya, di Seminyak ada kematian, mereka datang ke  sini,” tutur tokoh masyarakat Seminyak, I Wayan Mara.

Lantas, bagaimana sampai muncul nama Seminyak? Konon, menurut versi ini, Seminyak berasal dari dua akar kata yakni sami (semua) dan nyak (mau). Waktu membuka lahan atau pun membangun jero, para pengikut sang keluarga raja atau pun penduduk lainnya tak ada yang tungkas(membantah atau menentang), semua tunduk, semua mau mengikuti perintah.

Cerita versi kedua berkaitan dengan Pura Camplung Tanduk di Pantai Seminyak. Diceritakan, pada saat berada di Pura Petitenget, Danghyang Nirartha yang menjadi pendeta Kerajaan Gelgel mengutus pengawalnya bernama Kebo Ijo berlayar menuju selatan. Sampai di Pantai Seminyak, tiba-tiba Kejo Ijo memiliki tanduk. Karena itulah kemudian dibuatkan sebuah palinggih yang lama-kelamaan menjadi Pura Camplung Tanduk. Dikenal dengan nama seperti itu karena di areal pura yang kini di-among (menjadi penanggung jawab) Jero Seminyak itu tumbuh pohon camplung. Uniknya, hanya di areal pura pohon itu bisa tumbuh, sedangkan di lain tempat bahkan di luar areal pura tidak bisa.

“Buah camplung di sana memang bentuknya menyerupai tanduk. Minyak dari buah camplung itulah sering dipakai apun (urut) atau pun obat. Karena buah camplungnya bisa digunakan minyak itulah lantas dikenal nama Seminyak,” imbuh Mara.

Lantas, versi mana yang benar? Tidak mudah menyimpulkan mana yang benar. Warga Seminyak sendiri menerima keragaman versi itu sebagai sebuah kekayaan tradisi lisan. Desa yang memiliki keragaman versi cerita asal-usul bukan hanya Seminyak, tapi juga banyak desa lain.
Luas wilayah Seminyak tak lebih dari 2,06 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 4.000 jiwa. Seperti halnya Kuta dan Legian, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pariwisata. (b.)
__________________________
Penyunting: I MADE SUJAYA
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI
Artikel ini telah dibaca 729 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Tari Rejang: Warisan Bali Kuno, Simbol Keindahan dan Kesucian

4 Juni 2021 - 22:50 WITA

Batu Lantang: Legenda Batu Panjang “Panekek Jagat”

3 Juni 2021 - 22:15 WITA

“Matuunan”: Menghadirkan Kembali yang Sudah Tiada

26 Mei 2021 - 22:15 WITA

Dongeng Gerhana Bulan dan Generasi Milenial

26 Mei 2021 - 05:50 WITA

Ngatag Jukung, Tradisi Tumpek Wariga di Pantai Kusamba

25 Januari 2020 - 11:11 WITA

Mengapa Orang Bali Menyebut Imlek sebagai Galungan Cina?

24 Januari 2020 - 01:53 WITA

Trending di Sima Dresta