Sabtu (7/3) ini, para peternak Bali bakal merayakan hari penting. Tradisi Hindu-Bali menyebutnya sebagai hari Tumpek Uye atau Tumpek
Kandang. Pada hari itu, umat Hindu, terutama para peternak membuat sesaji
khusus yang dipersembahkan ke hadapan Tuhan sebagai terima kasih atas karunia
segala jenis hewan yang telah membantu memudahkan hidup manusia. Inilah tradisi
hari ternak yang unik dan otentik milik Bali.
Masyarakat awam kerap kali
menyebut tradisi perayaan Tumpek Kandang sebagai hari otonon (hari lahir) hewan peliharaan atau pun binatang ternak (wewalungan), seperti babi, sapi, ayam
atau pun ternak lainnya. Di desa-desa yang memiliki hutan desa yang dihuni kera, biasanya akan menggelar sesaji ngotonin kera-kera itu, seperti di Alas Pala (Sangeh, Badung), Alas Kedaton (Kukuh,
Tabanan) dan Wenara Wana (Ubud, Gianyar).
Di Desa Tangkas Dangin Tukad,
Klungkung, ada sebuah pura khusus untuk memuja Batara Rare Angon, sang
pelindung hewan ternak. Ke pura ini, biasanya umat bakal datang memohon
keselamatan bagi hewan peliharaan mereka atau pun mengucap syukur atas
keberhasilan usaha ternak mereka. Upacara pujawali
(perayaan hari jadi pura) dilaksanakan saban Redite Umanis wuku Kuningan. Namun, saat Tumpek Kandang, tak sedikit juga umat
datang menghaturkan sesaji ke pura ini.
Warga sekitar pura mengenal Pura
Tumpa sebagai tempat mohon kesembuhan bagi binatang peliharaan yang sedang
sakit. Begitu juga bila ada ternak betina yang tak kunjung beranak bakal
dimohonkan wangsuh pada agar bisa
beranak.
Sesaji yang dipersembahkan saat
hari Tumpek Kandang biasanya berbeda untuk ternak yang berbeda. Untuk ternak
sapi, kerbau, gajah, dan kuda biasanya dipersembahkan sesaji tumpeng tetebasan, penyeneng, sesayut dan canang raka. Jika ternaknya berupa babi,
sesajinya meliputi tumpeng, canang raka, penyeneng, ketipat dan belayag. Bila hewan ternaknya sejenis
unggas, seperti ayam, itik, burung, angsa dan sejenisnya, sesaji yang
dipersembahkan berupa bermacam-macam ketupat sesuai dengan nama atau manuk itu,
dilengkapi dengan penyeneng, tetebus dan kembang payas.
Teks: Ketut Jagra
Foto: Sujaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar