Tepat hari Minggu (22/3) pukul 06.00, pelaksanaan catur brata penyepian (empat macam pantangan selama hari Nyepi, yaitu pantang menyalakan api, pantang bekerja, pantang bepergian, pantang menghibur diri) berakhir. Umat Hindu pun memasuki hari Ngembak Gni. Mereka yang berpuasa akan membuka puasanya.
Ngembak Gni memang merupakan hari pembukaan atau pembebasan setelah melaksanakan brata penyepian. Kata ngembak dalam bahasa Bali bermakna ‘membuka’ atau ‘membebaskan’. Gni bermakna ‘api’. Itu sebabnya, lazim dipahami, Ngembak Gni sebagai hari mulai kembali menyalakan api, kembali bebas beraktivitas menunaikan kewajiban (swadharma) sebagai manusia.
Namun, secara filosofis, ngembak gni sejatinya juga sebuah perlambang mulai memasuki era baru, era perubahan. Ngembak, dalam tradisi Bali, juga bermakna perubahan. Itu sebabnya, anak-anak yang mulai menginjak dewasa ditandai dengan munculnya jakun dan terjadinya perubahan suara. Orang Bali menyebutnya ngembakin, dimulainya perubahan dari masa kecil menuju remaja. Terminologi ngembak dan ngembakin juga digunakan untuk penanda sesuatu yang mulai mengalir atau mulai tampak.
Kata gni memang lazim dimaknai sebagai ‘api’. Namun, api dalam pemaknaan tradisi Bali bukanlah semata api dalam pengertian fisik, tetapi juga perlambang matahari sebagai sumber kehidupan. Karena itu, bagi kalangan penekun spiritual, ngembak gni kerap pula dimaknai sebagai menyambut matahari baru. Ngembak Gni memang jatuh pada penanggal kaping kalih (hari kedua) tahun baru Saka.
Dalam buku Himpunan Keputusan Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu (I–XIV), disebutkan hari Ngembak Gni jatuh sehari setelah hari raya Nyepi sebagai hari berakhirnya brata Nyepi. Hari ini dapat dipergunakan melaksanakan dharma santhi atau simakrama (sejenis silaturahmi) baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Dharma santhi di lingkungan keluarga dapat dilakukan berupa kunjung-mengunjungi dalam keluarga. Dalam kunjungan itu, masing-masing menyampaikan ucapan selamat tahun baru. Melalui kegiatan ini diharapkan terbina kerukunan dan perdamaian dalam keluarga. Dharma santhi dapat dilakukan saat Ngembak Gni atau pun beberapa hari sesudahnya.
Di tingkat masyarakat, dharma santhi bisa dilakukan dengan kegiatan dharma wacana, dharma gita, dharma tula, persembahyangan, pentas seni yang bernafaskan keagamaan serta memberikan punia kepada yang pihak yang patut menerima.
Beberapa desa di Bali mengisi hari Ngembak Gni dengan tradisi unik dan otentik. Di Desa Adat Kuta digelar acara Pasar Majelangu, sebuah acara pementasan seni disertai dengan pasar rakyat. Yang paling dikenal tentu saja Omed-omedan di Sesetan, Denpasar. (b.)
Teks dan Foto: Sujaya
Teks dan Foto: Sujaya
http://feeds.feedburner.com/balisaja/pHqI