Hari ini, Selasa (6/1), berlangsung perayaan hari Anggara Kasih di seantero Bali.
Namun, kesemarakan perayaan lebih terasa di kawasan Bali Selatan dan Bali
Timur. Hal ini dikarenakan pada hari ini dilaksanakan pujawali di tiga pura
penting yang masuk dalam jajaran pura kahyangan
padma bhuwana, yaitu Pura Andakasa, Pura Goa Lawah dan Pura Uluwatu. Selain
itu, Pura Dalem Kahyangan Alas Kedaton di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan
juga melaksanakan pujawali pada hari
yang sama. Itu sebabnya, saban hari Anggarakasih Medangsya, umat Hindu akan
mengarus menuju ujung selatan ke Pura Uluwatu dan ujung timur dan tenggara
menuju Pura Andakasa dan Pura Goa Lawah.
![]() |
Pura Andakasa |
Sungguh menarik mencermati ketiga
pura yang melaksanakan pujawali di
hari Anggara Kasih Medangsya. Pura Andakasa terletak di puncak Bukit Andakasa
(secara tradisional juga dikenal sebagai Gunung Andakasa), Pura Goa Lawah di
pesisir pantai Desa Pesinggahan tetapi secara tradisional dipercaya goa di
tengah pura ini terhubung ke Gunung Agung serta Pura Uluwatu di ujung kaki
Pulau Bali.
Para penekun spiritual tentu
memahami betul betapa ketiga pura ini memiliki arti penting dalam penjelajahan
spiritual, khususnya memaknai konsep sagara-giri,
gunung dan laut sebagai sumber kemakmuran. Secara spiritual, di Pura Andakasa
berstana Dewa Brahma, Tuhan dan manifestasi Sang Pencipta, di Pura Goa Lawah
berstana Dewa Maheswara, Tuhan dan manifestasi sebagai penjaga keseimbangan
antara gunung dan laut, sedangkan di Pura Uluwatu dipuja Rudra, Tuhan dalam
manisfestasi pelebur.
Pura Andakasa memang amat erat
kaitannya dengan penciptan dalam kosmologi Bali. Nama Pura Andakasa
disebut-sebut diambil dari konsepsi andabhuwana
(telur semesta). Konsepsi Andabhuwana inilah memberi gambaran pemahaman
berkesadaran ilmiah para tetua Bali bahwa bumi ini berbentuk bulat layaknya
telur.
![]() |
Pura Goa Lawah |
Pura Goa Lawah juga diyakini
sebagai tempat suci untuk memuja Batara Tengahing Segara, penguasa lautan dan
Sang Hyang Nasa Basuki. Sang Hyang Naga Basakih senantiasa dihubungkan dengan
Pura Besakih dan Gunung Agung. Kata Besuki sendiri memang diyakini berasal dari
kata Basuki.
Dalam kepercayaan masyarakat, Goa
Lawah diyakini tembus ke Besakih. Malah, dalam babad disebutkan seorang pangeran dari kerajaan Mengwi yang pernah
diuji Dhalem Gelgel untuk masuk ke Goa Lawah. Ternyata, sang pangeran itu
memang tembus ke Besakih tetapi dalam keadaan tuli. Sang pangeran kemudian
diberi nama I Gusti Agung Ketut Besakih.
Hal ini menunjukkan Goa Lawah
merupakan tempat memuja gunung sekaligus laut. Karenanya, umat Hindu kerap
memanfaatkan Pura Goa Lawah sebagai tempat maajar-ajar
atau nyegara gunung. Di sinilah
keduanya bertemu melahirkan harmoni hidup. Gunung (Gunung Agung) sebagai simbol
daratan dan laut (Samudera Hindia) sebagai simbol air.
Pura Uluwatu, dalam kepercayaan
masyarakat Pecatu, merupakan tempat memuja Ida Bhatara Lingsir. Pura ini juga
kerap dipilih sebagai tempat melaksanakan upacara nyegara gunung, maajar-ajar,
seusai upacara mamukur atau pun piodalan besar di desa. Hal ini
dikarenakan posisi geografis pura ini yang mengisyaratkan pertemuan antara
gunung dan laut secara langsung seperti halnya Pura Goa Lawah.
![]() |
Pura Uluwatu |
Salah satu keunikan Pura Uluwatu,
arah pemujaan yang menuju Barat Daya. Lazimnya, di parahyangan-parahyangan lainnya, arah pemujaan menuju Timur atau
Utara. Palinggih-nya juga tidak
begitu banyak. Di jeroan hanya ada meru
tumpang tiga menghadap ke Timur Laut, di depannya berdiri dua pengapit.
Bagian jeroan ini dibatasi kori gelung agung berarsitektur kuno
yang juga menjadi ciri khas pura ini. (I Ketut Jagra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar