Penyair Bali, Oka Rusmini meraih
penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2014 melalui buku kumpulan puisinya yang
berjudul, Saiban. Selain Oka Rusmini,
Kusala Sastra Khatulistiwa ke-14 juga diberikan kepada Iksaka Banu untuk buku
kumpulan fiksi Semua untuk Hindia.
Keduanya menerima hadiah uang tunai masing-masing senilai Rp 50.000.000.
Saat menerima penghargaan, Oka
Rusmini menyatakan jumlah perempuan penyair di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan
laki-laki. Padahal, kualitas karya mereka tidak kalah. Ironisnya, kata Oka
Rusmini, pemikiran perempuan belum diperhitungkan.
Dalam karya-karyanya Oka Rusmini yang juga wartawan Bali Post ini
memang lantang memperjuangkan perempuan, terutama perempuan Bali. Oka Rusmini
menyatakan karya-karyanya didasari keinginan untuk menunjukkan kehebatan
perempuan Bali dan mendokumentasikan kebudayaan Bali. Menurut Oka Rusmini, perempuan Bali itu luar biasa.
Oka Rusmini
menyisihkan empat penyair lain, Ook Nugroho (Tanda-Tanda Yang Bimbang), Ahda Imran (Rusa Berbulu Merah), Hasta Indriyana (Piknik
Yang Menyenangkan), dan A. Muttaqin (Tetralogi
Kerucut). Sementara Iksaka Banu menyisihkan Afrizal Malna (Kepada Apakah), Norman Pasaribu (Hanya Kamu Yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku
Harus Menunggu), Triyanto Tiwikromo (Surga
Sungsang) dan Eka Kurniawan (Seperti
Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas).
Oka Rusmini merupakan sastrawan
Bali ke tiga yang meraih penghargaan paling bergengsi dalam bidang sastra itu.
Sebelumnya, dua sastrawan Bali juga meraih penghargaan ini: Gde Aryantha
Soethama dengan kumpulan cerpen berjudul Mandi
Api pada tahun 2006 dan Sindu Putra dengan buku kumpulan puisi Dongeng Anjing Api pada tahun 2009. Pada saat Gde Aryantha dan Sindu Putra, hadiah bagi penerima Khatulistiwa masih Rp 100.000.000 per orang.
Sebelumnya,
selain Oka Rusmini, penyair Bali, I Made Adnyana Ole juga masuk nominasi 10
besar Khatulistiwa Award melalui buku kumpulan puisi Dongeng dari Utara. Namun, nama Adnyana Ole tersingkir ketika
seleksi lima besar.
Oka Rusmini terbilang sastrawan Bali yang cukup sering menerima
penghargaan sastra, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Tahun
2012, jebolan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana ini berturut-turut menerima hadiah sastra Tantular dari Balai
Bahasa Provinsi Bali untuk buku kumpulan cerpen Akar Pule, penghargaan sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa serta South East Asia Write (SEA Write) untuk novel Tempurung. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar