Teks: I Made Sujaya, Foto: Repro www.e-kuta.com
Ungkapan William Shakespeare, ‘apalah artinya sebuah nama’
tentu akan serta merta dibantah orang Bali. Sebabnya, bagi orang Bali nama
memiliki arti. Bahkan, orang Bali meyakini, nama menentukan tabiat seseorang.
![]() |
Nama Kampung Bali diabadikan menjadi nama sebuah pasar oleh-oleh |
Karenanya, ada tradisi pemberian nama di kalangan orang
Bali. Ada yang melaksanakan upacara pemberian nama saat bayi berumur 12 hari,
ada juga yang memberikan nama saat upacara tiga bulanan. Meskipun berbeda, tapi
prinsip ritualnya tidak jauh berbeda. Sejumlah pilihan nama ditulis dalam
selembar daun lontar kecil lalu digantungkan di sebuah lidi yang ujungnya diisi
lintingan kapas. Lalu lintingan kapas itu ditancapkan pada abu dapur yang
ditaruh pada sebuah tamas atau tempat khusus. Lintingan itu kemudian dibakar.
Yang paling terakhir habis terbakar itulah dianggap sebagai nama yang tepat
untuk si bayi.
Pentingnya nama bagi orang Bali juga dapat dilihat dari
keyakinan orang Bali bahwa ada bayi atau anak yang tidak cocok membawa suatu
nama tertentu. Karena tak cocok, sang anak biasanya akan sakit terus, tak
kunjung sembuh. Setelah ditanyakan ke balian, dinyatakan nama anak itu perlu
diganti.
Artinya, urusan nama bagi orang Bali adalah urusan serius.
Walaupun sering kali nama orang Bali terkesan asal-asalan. Seperti munculnya
nama I Wayan Geredeg, I Nyoman Rubag, I Ketut Gejer. Nama-nama itu adalah
nama-nama yang serius.
Bukan hanya nama orang yang menjadi urusan serius bagi orang
Bali. Nama tempat juga tak kalah seriusnya. Sebagai contoh misalnya nama
Klungkung disebut-sebut bermakna sebagai tempat yang penuh cinta, tempat pemuja
keindahan. Begitu juga nama Desa Trunyan di Bangli konon berasal dari kata Taru
Menyan yang artinya pohon berbau harum.
Maka, bisa dimaklumi jika beberapa tahun lalu orang Legian,
Kuta begitu serius menanggapi penggunaan nama desa mereka sebagai nama salah
satu bank di Denpasar. Betapa tidak, urusan keberatan menggunakan nama Legian
ini tak hanya menyeruak dari tokoh adat atau pun warga biasa tetapi juga wakil
rakyat Badung. Bagi mereka, nama Legian adalah kebanggan sehingga tak
sembarangan orang bisa menggunakan nama itu. Apalagi jika lembaga yang
mengambil nama itu tidak ada hubungan sama sekali dengan orang Legian seperti
alasan penolakan yang disampaikan warga Legian.
Toh kenyataannya, nama Bank Legian tetap dipakai. Sama
halnya dengan penggunaan nama Pesinggahan untuk sebuah warung makan dengan menu
ikan laut. Di Klungkung ada sebuah toko diberi nama Toko Kusamba. Toko ini
terletak di jalur jalan Klungkung-Karangasem, di bagian timur pusat Kota
Smarapura.
Toko yang menjual aneka roti dan jajanan ini dikenal cukup
laris. Entah karena nama Kusamba yang digunakan atau sebab lain toko ini
menjadi dikenal. Yang jelas, yang punya toko ini bukan orang Kusamba dan orang
Kusamba juga tak pernah terdengar keberatan nama desanya digunakan sebagai
toko.
Kasus lain yang menarik untuk dikemukakan, nama Kampung Bali
di Jakarta. Kalau ditelurusi, tak ada kumpulan orang Bali tinggal di tempat
ini. Justru, perkampungan ini banyak dihuni orang-orang dari kawasan Timur,
Flores dan sekitarnya. Citra Kampung Balimalah bertolak belakang dengan citra
eksotik Bali. Kampung Bali dikenal sebagai tempat peredaran obat-obatan
terlarang. Dan, orang Bali tak terdengar protes dengan penggunaan nama Kampung
Bali.
Soal nama bank, pernah ada Bank Bali atau pun Bank Dagang
Bali. Kedua bank ini akhirnya dilikuidasi pemerintah karena dianggap
bermasalah. Namun, orang Bali tak pernah menyesal kedua bank yang ditutup itu
menggunakan nama Bali.
Tak hanya bank, banyak usaha lain juga kerap menggunakan
nama Bali. Coba tengok nama koran, majalah ataupun situs yang menggunakan nama
Bali. Ada Bali Post yang cukup tua
hingga Pos Bali.
Ini karena nama Bali sudah telanjur dikenal dan menjadi
branding yang kuat. Karenanya, banyak orang ingin menggunakannya. Dan itu tentu
tak bisa dihindari. Hal itu lebih sebagai konsekwensi dari keterkenalan sebuah
nama.
Dan itu juga berarti, nama Bali membawa hoki. Bali memberi
keberuntungan bagi orang yang memakainya. Bukankah tradisi Bali mengajarkan
agar orang Bali lebih banyak memberi daripada meminta? Karena memberi jauh
lebih terhormat. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar