Oleh I Made Sujaya
Hari ini, 16
November 2013, Badung memperingati hari jadi ke-4 Kota Mangupura. Sejak tahun
2010, Pemerintah Kabupaten Badung di bawah kepemimpinan tokoh Puri Mengwi yang
juga generasi penerus keluarga Raja Mengwi, AA Gde Agung, memang rutin
menggelar peringatan hari jadi Kota Mangupura. Selain upacara peringatan,
digelar juga aneka kegiatan lain sebagai upaya mensosialisasikan nama
Mangupura.
Mangupura
memang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Badung pada 16 November 2009 lalu
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Peraturan Pemerintah No 67
Tahun 2009. Ibu kota Badung meliputi sembilan desa/kelurahan di wilayah
Kecamatan Mengwi yaitu Desa Mengwi, Desa Gulingan, Desa Mengwitani, Desa
Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan Lukluk, Kelurahan
Sempidi dan Kelurahan Sading. Pusat Pemerintahan Pemkab Badung lantas diberi
nama Mangupraja Mandala.
Pembangunan
Puspem Badung dilatarbelakangi proses pemekaran Kabupaten Badung menjadi dua
wilayah yakni Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar pada tahun 1992. Pemekaran
tersebut secara faktual telah menyebabkan Daerah Administratif Kodya Denpasar
saat itu terdapat dua pusat pemerintahan. Atas dasar itu, muncul pemikiran untuk
memiliki sebuah pusat pemerintahan yang berada di wilayah Kabupaten Badung. Setelah
didahului pembelian lahan, tahun 2007 Puspem Badung mulai dibangun di atas
lahan 46,6 Ha dan selesai dibangun tahun 2008 serta diresmikan tahun 2009.
Mangupura
dimaknai sebagai kota yang menawan hati, tempat mencari keindahan, kedamaian, dan
kebahagiaan yang mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Kata Mangu diambil
dari bahasa Jawa Kuna, yakni kata mango
yang berarti ‘tenggelam dalam lamunan, berangan-angan, terpesona oleh perasaan
rindu (cinta, sendu), kehilangan diri (mengembara/berkelana) dalam pencarian
keindahan’. Mangupura diobsesikan menjadi kota yang indah, kota yang ngelangenin.
Itu sebabnya,
Mangupura sesungguhnya sebuah mimpi yang indah bagi masyarakat Badung. Tentu
tidak mudah meraih mimpi yang indah itu, meskipun juga bukan tidak mungkin
untuk mewujudkannya. Tapi, begitu Mangupura ditetapkan sebagai nama Ibukota,
tentu sudah disadari beban yang harus dipikul.
Kini Badung
memang tercatat sebagai kabupaten terkaya di Bali, bahkan konon terkaya kedua
di Indonesia. APBD Kabupaten Badung tahun 2013 sebesar Rp 2,8 trilyun. Tahun
2014, APBD Badung dirancang Rp 3,2 trilyun. Nilai APBD Badung hampir menyamai
APBD Provinsi Bali yang mencapai Rp 4 trilyun.
Dengan APBD
yang mencapai Rp 3,2 trilyun, Badung memang memiliki peluang sangat besar untuk
mewujudkan mimpi mensejahterakan masyarakatnya sehingga mencapai mimpi besar
seperti disematkan dalam nama Ibukotanya: tempat yang indah menawan dan
membahagiakan.
Tapi, keindahan dan kebahagiaan itu tidak semata-mata berkaitan dengan kekayaan materi yang melimpah. Keindahan dan kebahagiaan kerap kali dikaitkan dengan kekayaan batiniah yang tak ternilai. Justru, spirit keindahan dan kebahagiaan dalam wilayah jiwa inilah yang menjadi sesuatu yang mendasar dari kata mango yang secara sadar dipilih sebagai latar etimologis nama Mangupura. (b.)
Tapi, keindahan dan kebahagiaan itu tidak semata-mata berkaitan dengan kekayaan materi yang melimpah. Keindahan dan kebahagiaan kerap kali dikaitkan dengan kekayaan batiniah yang tak ternilai. Justru, spirit keindahan dan kebahagiaan dalam wilayah jiwa inilah yang menjadi sesuatu yang mendasar dari kata mango yang secara sadar dipilih sebagai latar etimologis nama Mangupura. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar