Catatan I Made Sujaya
Hari ini, Jumat, 23 Agustus 2013, masyarakat Klungkung memilih kembali Bupati dan Wakil Bupatinya untuk masa jabatan 2013-2018. Sekitar 154.860 warga Bumi Serombotan diberi kesempatan menimbang-nimbang satu pasangan terbaik di antara empat pasangan kandidat yang bersaing: Tjokorda Bagus Oka-IB Adnyana (Bagus), AA Gde Anom-Wayan Regeg (Anreg), Tjokorda Raka Putra-Putu Tika Winawan (Rasa), serta Nyoman Suwirta-Made Kasta (Suwasta).
Hari ini, Jumat, 23 Agustus 2013, masyarakat Klungkung memilih kembali Bupati dan Wakil Bupatinya untuk masa jabatan 2013-2018. Sekitar 154.860 warga Bumi Serombotan diberi kesempatan menimbang-nimbang satu pasangan terbaik di antara empat pasangan kandidat yang bersaing: Tjokorda Bagus Oka-IB Adnyana (Bagus), AA Gde Anom-Wayan Regeg (Anreg), Tjokorda Raka Putra-Putu Tika Winawan (Rasa), serta Nyoman Suwirta-Made Kasta (Suwasta).
Dalam
kontestasi politik lokal di era Reformasi, terutama setelah Pemilu 2004,
Klungkung memang selalu menarik dicermati. Pasalnya, iklim demokrasi di
kabupaten yang pernah menjadi pusat kerajaan Bali itu sangat dinamis. Hasil
pemilu legislatif 2009 menunjukkan keberagaman pilihan politik rakyatnya.
Nyaris tak ada satu kekuatan politik pun yang menjadi kelompok dominan di
Klungkung. PDI Perjuangan yang menjadi pemenang pemilu legislatif ternyata
meraih dukungan politik kurang dari 30%.
Padahal,
secara demografi politik, Klungkung nyaris tidak diperhitungkan. Dengan jumlah
penduduk yang hanya 150.000-an orang,
Klungkung dianggap kurang seksi. Berbeda dengan Buleleng yang selalu menjadi
rebutan partai politik maupun kandidat pilkada.
Tapi, tak
jarang sesuatu yang kecil itu mengejutkan. Dan itu dibuktikan Klungkung dalam
Pilkada Bali Mei lalu. Hasil Pilgub Bali menunjukkan masyarakat Klungkung
memenangkan paket I Made Mangku Pastika-I Ketut Sudikerta dengan selisih suara
yang signifikan. Padahal, Klungkung diklaim sebagai “wilayah merah” yang
dikuasai pasangan AA Puspayoga-Dewa Sukrawan. Yang terkejut bukan hanya PDI
Perjuangan, tetapi juga Golkar-Demokrat yang mengusung Pastika-Sudikerta.
Lima tahun
lalu, dalam Pilkada 2008, masyarakat Klungkung juga nyaris membuat kejutan
sebagai daerah yang hampir saja memenangkan pasangan independen. Pasangan
Tjokorda Raka Putra-Gunaksa (Rasa) memiliki selisih suara yang sangat tipis
dengan pasangan petahana, I Wayan Candra-Tjokorda Agung SW.
Lantas,
bagaimana dengan Pilkada hari ini? Adakah kejutan juga lagi-lagi akan
ditunjukkan warga Klungkung?
Kejutan
sejatinya sudah ditunjukkan dengan munculnya empat kandidat. Banyak orang dari
luar Klungkung yang tersentak dengan banyaknya jumlah kandidat dalam Pilkada
Klungkung. Di daerah lain, rata-rata kandidat Pilkada antara 2-3 pasangan.
Tapi, Klungkung yang aklingkungan
tampil sangat dinamis.
Karena jumlah
kandidat yang bersaing banyak, muncullah prediksi Pilkada Klungkung akan
berlangsung dua putaran. Prediksi ini tentu bukan tanpa dasar. Modal politik masing-masing kandidat memang tidak menunjukkan dominasi. Golkar, Demokrat dan PKPB memang memiliki modal politik terbesar sekitar 32%, sehingga hitung-hitungan di atas kertas semestinya bisa memenangkan pertarungan satu putaran. Tapi, adakah suara pemilu legislatif itu sejalan dengan suara dalam Pilkada Klungkung hari ini? Pengalaman menunjukkan, suara pemilu legislatif kerap kali berbeda dengan suara dalam pilkada.
Itu sebabnya,
masing-masing kandidat, meskipun secara terbuka menargetkan dan yakin menang
satu putaran, kenyataannya secara internal semua menyiapkan diri untuk putaran
kedua. Memang, ada lembaga konsultan politik yang menjadi tim sukses salah satu
kandidat merilis hasil survei yang menunjukkan kemenangan paket yang
diusungnya. Tapi, realitas politik Klungkung membuat banyak orang membaca hasil
survei itu dari sudut pandang berbeda.
Tidak mudah
menebak hasil Pilkada Klungkung hari ini. Selain karena realitas politik
masyarakat Klungkung yang begitu dinamis dan cenderung membuat kejutan, ada
faktor-faktor lain sebagai suatu keunikan Klungkung yang layak diperhitungkan.
Faktor-faktor itu tercermin dalam komposisi asal daerah kandidat, wacana
puri-nonpuri dan mesin politik partai.
Yang menarik
dicermati tentu saja wacana Klungkung Daratan-Nusa Penida. Sebagai daerah
dengan jumlah pemilih terbesar kedua (43.296 jiwa), Nusa Penida dianggap
sebagai faktor penting. Itu sebabnya, kandidat kerap kali dipilih dengan model
kombinasi antara Klungkung Daratan-Nusa Penida atau sebaliknya Nusa
Penida-Klungkung Daratan. Dalam Pilkada 2013, hanya ada satu kandidat dari Nusa
Penida dan kebetulan berposisi sebagai calon bupati, yakni I Nyoman Suwirta. Di
atas kertas, suara Nusa Penida akan lari ke Suwasta. Tapi, pengalaman Pilkada
2008, kandidat bupati dari Nusa Penida tak serta merta mendapat dukungan mutlak
dari warga Nusa Penida. Justru suara warga Nusa Penida tersedot ke Candra dan
Rasa. Di sisi lain, kendaraan politik Suwasta terbilang baru sehingga
memerlukan pejuangan lebih keras untuk menggerakkan mesin politik. Modal politik Suwasta juga paling kecil di antara kandidat lain, hanya sekitar 16% dengan dukungan Partai Gerindra dan PNBK. Hanya memang,
Pilkada 2008 memiliki karakteristik berbeda dengan 2013 karena kala itu
petahana ikut bertarung. Pilkada 2013 sepenuhnya tarung bebas.
Faktor
penting kedua, pengaruh puri, khususnya Puri Klungkung. Perolehan suara lebih
dari 30% yang diraih Rasa pada Pilkada 2008 yang maju dari jalur independen
menunjukkan masih kuatnya pengaruh Puri Klungkung. Itu juga yang menjadi modal
kuat pasangan Rasa dalam Pilkada 2013 ini. Tapi, masalahnya, Rasa bukan
satu-satunya calon dari Puri Klungkung. Ada Tjok Bagus yang maju dari Partai
Golkar yang memiliki basis dukungan politik yang cukup kuat juga. Tapi,
tampilnya Tjok Bagus dan Tjok Raka melalui kendaraan yang berbeda (padahal
dalam Pilkada 2008 keduanya berada dalam satu sekoci. Kala itu Tjok Bagus
sebagai tim sukses Rasa) menunjukkan pilihan Puri terpecah. Lebih tegas lagi,
suara Kecamatan Klungkung tampaknya akan hancur-hancuran. Pasalnya, di
kecamatan ini muncul tiga calon bupati sekaligus: Tjok Bagus, Tjok Raka dan AA
Gde Anom. Suara Kecamatan Klungkung yang menjadi terbesar pertama (46.378) akan terbagi.
Faktor ketiga,
mesin politik partai. Dari sisi ini, PDI Perjuangan dan Partai Golkar memiliki
keunggulan lebih. Selain struktur partai sudah kuat hingga ke tingkat banjar,
pengalaman kontestasi kedua partai juga teruji. Modal politiknya juga lumayan, sekitar 28%. Tapi, PDI Perjuangan masih
menyisakan masalah internal berupa kekecewaan pendukung I Ketut Mandia menyusul mundurnya politisi muda dari Desa Sente, Dawan itu sebagai bakal calon bupati padahal mendapat dukungan mayoritas kader-kader PDI Perjuangan. Pengaruh Mandia di akar rumput PDI
Perjuangan Klungkung disebut-sebut cukup kuat. Konon, anjloknya suara
Puspayoga-Sukrawan di Klungkung salah satunya dipicu kekecewaan pendukung
Mandia, meskipun politisi yang kini duduk sebagai anggota DPRD Bali itu menyatakan tetap di
PDI Perjuangan.
Yang relatif solid memang Partai Golkar dan Partai Demokrat. Modal politiknya juga paling meyakinkan. Berkoalisi den gan PKPB, Golkar dan Demokrat yang mengusung pasangan Bagus memiliki 32%. Tapi, pertanyaan penting yang layak disodorkan dalam Pilkada Klungkung kali ini: apakah mesin partai berpengaruh besar? Pasalnya, realitas politik dalam pemilu legislatif 2009, Pilkada 2008 dan Pilgub 2013, masyarakat Klungkung relatif tak begitu kuat ikatan emosionalnya dengan partai politik.
Yang relatif solid memang Partai Golkar dan Partai Demokrat. Modal politiknya juga paling meyakinkan. Berkoalisi den gan PKPB, Golkar dan Demokrat yang mengusung pasangan Bagus memiliki 32%. Tapi, pertanyaan penting yang layak disodorkan dalam Pilkada Klungkung kali ini: apakah mesin partai berpengaruh besar? Pasalnya, realitas politik dalam pemilu legislatif 2009, Pilkada 2008 dan Pilgub 2013, masyarakat Klungkung relatif tak begitu kuat ikatan emosionalnya dengan partai politik.
Karena itu,
Pilkada Klungkung 2013 hari ini sungguh sulit diprediksi. Kita hanya bisa
menunggu dan memberi kesempatan masyarakat Klungkung menentukan pilihannya
secara jujur dan rasional. Namun, yang jauh lebih penting, apa pun hasilnya,
siapa pun pemenangnya, kita berharap Klungkung tetap damai. Klungkung sudah
membuktikan kedewasaan berpolitik dalam beberapa ajang kontestasi politik.
Selamat
berdemokrasi bagi semeton krama
Klungkung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar