Orang Bali tidak saja memiliki
hari khusus untuk mengingatkan tentang arti penting pangan tetapi juga hari
peringatan tentang arti penting sandang. Hari sandang versi Bali
itu yakni Sabuh Mas.
Awam biasa menyebut Sabuh Mas
sebagai hari pawetonan emas. Hari
Sabuh Mas dirayakan setiap Anggara (Selasa) Wage wuku Sinta atau sehari setelah hari Soma Ribek. Untuk kali ini, Sabuh Mas dirayakan pada Selasa, 13 Agustus 2013 hari ini.
Menurut Dra. Ni Made Sri Arwati dalam
buku Upacara Upakara Agama Hindu
Berdasarkan Pawukon, hari Sabuh Mas merupakan hari baik untuk memuja Dewa
Mahadewa, manifestasi Hyang Widhi
sebagai penguasa segala kekayaan berupa mas, manik dan mutu manikam.
Wayan Budha Gautama dalam buku Rerahinan: Hari Raya Umat Hindu juga
memaknai hari Sabuh Mas sebagai hari pesucian Ida Sang Hyang Mahadewa,
meyogakan umat untuk mendapatkan jenis sandang (busana), mas permata dan
perhiasan lainnya. Saat hari Sabuh Mas, umat Hindu harus menjalankan perilaku
yang baik. Jangan mengabaikan jenis sandang serta perhiasan emas permata yang
merupakan hak milik sendiri atau keluarga. Itu hendaknya dipelihara dengan baik.
Dalam lontar Sundarigama –salah satu teks tradisional yang menjadi rujukan
penting pelaksanaan ritual hari-hari raya Hindu di Bali-- disebutkan Sabuh Mas
sebagai hari untuk memuliakan raja brana, mas, manik dan sarwamule ratna manik. Sesaji yang dihaturkan pada hari Sabuh Mas meliputi
suci, daksina, pras penyeneng,
sesayut amertha sari, canang lenga wangi, burat wangi, reresik, dan
tadah pawitra. Tempat upacaranya di piyasan, pesambyangan atau sejenis dengan itu di sanggah atau pemerajan.
Saat hari Sabuh Mas manusia
diamanatkan untuk menyucikan laku diri dan tidak merasa takabur dengan kesenangan
yang bersifat kebendaan. Yang utama adalah memuliakan ratna mutu manikam yang
ada dalam diri yakni jiwa kita sendiri.
Lain lagi pendapat penulis
buku-buku agama Hindu, Drs. IB Putu Sudarsana, MBA, M.M. Menurut Ketua Yayasan
Dharma Acarya ini, hari Sabuh Mas sejatinya merupakan hari turunnya sinar suci
Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Rudra untuk
menganugerahkan kekuatan kewibawaan atau kharisma kepada semua makhluk di dunia
khususnya manusia. Hanya saja, memang, sarana upakara-nya menggunakan emas sebagai simbolnya.
“Bukan berarti saat hari Sabuh
Mas umat Hindu memohon ke hadapan Sang Hyang Widhi agar dianugerahkan emas
sebanyak-banyaknya,” kata Sudarsana.
Sudarsana kemudian menguraikan kata sabuh berasal dari kata ‘tabuh’ yang diartikan ‘turun’ atau ‘anugerah’. Sementara mas berasal dari kata maskwindeng yang artinya ‘kewibawaan’. Dengan demikian, menurut Sudarsana, manusia hidup di dunia perlu memiliki kewibawaan atau kharisma, terutama dalam memimpin, baik memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsanya. (b.)
Sudarsana kemudian menguraikan kata sabuh berasal dari kata ‘tabuh’ yang diartikan ‘turun’ atau ‘anugerah’. Sementara mas berasal dari kata maskwindeng yang artinya ‘kewibawaan’. Dengan demikian, menurut Sudarsana, manusia hidup di dunia perlu memiliki kewibawaan atau kharisma, terutama dalam memimpin, baik memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsanya. (b.)
Teks dan Foto: I Made Sujaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar