Krama Desa Pakraman Tista, Desa Tista, Kecamatan
Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Rabu, 17 April 2013 bertepatan dengan hari Buda Umanis Medangsia, menggelar karya agung mupuk
pedagingan, ngenteg linggih, tawur balik sumpah serta ngusaba desa di Pura
Puseh-Bale Agung setempat. Karya ini baru digelar setelah 33 tahun karya serupa
terakhir dilaksanakan.
Serangkaian karya tersebut, krama Desa Pakraman Tista
memiliki tradisi unik yakni memasang penjor khas di masing-masing pintu masuk
rumah. Penjor itu dinamakan penjor kelungan.

Menurut Mangku Puseh Tista Jro Mangku Gde Ngurah Wijanta,
penjor kelungan merupakan sebuah simbol yang dijadikan sebagai ciri Ida Batara
Sesuhunan seluruhnya tedun di parhyangan
dan munggah di Bale Agung. Kelungan artinya sengker, gelung yang biasanya
juga digunakan pada upacara nangkluk merana. Memang, biasanya penjor kelungan ini
dipancangkan di perbatasan desa pada tilem kanem (bulan mati ke enam
dalam penanggalan Bali) yang artinya nyengker desa atau nyengker merana.
Namun, pada saat karya agung digelar, penjor kelungan ini dibuat di
masing-masing rumah.
“Ini sebagai pertanda Ida Batara Turun kabeh tedun
di Pura Bale Agung, termasuk Ida Batara Hyang Guru di masing-masing pemerajan
tedun serangkaian ngusaba,” kata Jro Mangku Gede Ngurah.
Tradisi ini, kata Jro Mangku Gede Ngurah, sudah berjalan
sejak lama. Tradisi ini diwarisi dari para panglingsir (tetua desa). Tapi, pihak desa kembali
menghidupkan tradisi itu juga setelah berkonsultasi dengan PHDI serta merujuk
pada sumber-sumber sastra agama.
Setelah puncak karya, Ida Batara nyejer selama lima hari.
Selama nyejer, beragam kesenian dipentaskan, di antaranya Arja Akah Canging, lawak
Dadong Rerod dkk., Topeng Sida Karya dan lainnya.
Desa Pakraman Tista terdiri dari empat banjar
dengan jumlah 360 KK. Keempat banjar itu, yakni Banjar Dalem, Banjar Gunung
Merta, Banjar Puseh dan Banjar Dapdaputih. Warganya dominan petani tegalan dengan
potensi utama kopi, cengkeh dan kakao. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar