Di antara para
tokoh agama Hindu di Bali, sosok Drs. I Ketut Wiana, M.Ag., tergolong paling
produktif menulis buku-buku agama Hindu. Sejak aktif sebagai pendharma wacana
serta pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), setidaknya sudah ada 40
judul buku Wiana yang terbit.
Buku-buku karya Wiana meliputi aspek filsafat, etika dan
ritual agama Hindu. Jangkauannya, tidak hanya kepentingan praktis umat, juga
aspek pemahaman tattwa agama Hindu. Bahasanya sederhana, segar dan ringan
sehingga mudah dipahami pembaca umat Hindu.
Buku pertama Wiana berjudul Tradisi Agama Hindu di Bali yang terbit sekitar tahun 1987. Kini,
buku terbarunya juga sudah siap terbit berjudul Weda Wakya IV. “Sedang menyelesaikan kata sambutannya,” kata Wiana
sembari tersenyum.
Wiana memang salah seorang pendharma wacana Hindu yang tekun
menulis. Di mana pun dan saat apa pun, Wiana menyempatkan diri untuk menulis.
Itu sebabnya, kemana pun bepergian, Wiana selalu membawa komputer jinjing
(laptop).

Bagi Wiana, menulis itu panggilan hati Menulis pengetahuan
agama yang dimiliki dianggap Wiana sebagai bentuk penghormatan kepada ilmu
pengetahuan itu. Menurut lelaki kelahiran Bualu, Kuta Selatan ini, seseorang
yang memiliki ilmu pengetahuan haruslah mendermakan ilmu pengetahuan agar tidak
berdosa kepada ilmu pengetahuan itu sendiri.
“Dosa orang yang berilmu kalau tidak mendermakan ilmunya itu
kepada orang lain, betapa pun ilmu yang dimiliki hanya sedikit,” kata Wiana
yang meraih hadiah Widya Pataka dari Gubernur Bali tahun 2007 lalu.
Wiana menilai umat Hindu membutuhkan banyak buku-buku agama
Hindu. Kehadiran buku-buku agama Hindu penting untuk meningkatkan kualitas
sradha dan bhakti umat sehingga terjadi perubahan secara perlahan dalam
perilaku beragama umat Hindu dari kuatnya aspek ritual ke arah kentalnya etika
dan spiritual.
“Kalau kita sibuk dengan ritual, kita akan terjebak dalam
kehidupan beragama di kulit luar saja. Kita harus mencapai tingkatan pemahaman
dan pemaknaan atas ajaran agama kita sehingga agama benar-benar memberi jiwa
dalam laku hidup sehari-hari,” kata Wiana.
Ditanya tentang buku mana yang ditulisnya paling berkesan,
Wiana mengatakan buku yang berjudul Perbedaan
Pengertian Catur Warna, Wangsa dan Kasta. Mengapa? “Karena masalah warna,
wangsa dan kasta di Bali selalu menjadi masalah. Saya merasa ikut berkontribusi
memberikan sumbangan pemikiran untuk menyadarkan umat dan masyarakat Bali ,”
kata Wiana.
Sebelumnya, bersama Raka Santeri, Wiana juga menyusun buku serupa dengan
judul Kasta Kesalahpahaman Berabad-abad.
Buku ini juga mendapat sambutan hangat masyarakat. Peneliti atau mereka yang
ingin mendalami masalah konflik kasta di Bali tidak bisa mengabaikan buku itu
sebagai salah satu referensi. (b.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar