Menu

Mode Gelap
Tunduk Pada Pararem, LPD Kedonganan Terapkan Laporan Keuangan Adat Bebantenan, Cara Manusia Bali Menjaga Alam Semesta SMAN 1 Ubud dan SMAN 2 Semarapura Juarai Lomba Bulan Bahasa Bali di UPMI Bali Bulan Bahasa Bali VI Jalan Terus, Tapi di Hari Coblosan “Prai” Sejenak Konservasi Pemikiran dan Budaya Melalui Gerakan Literasi Akar Rumput

Nak Bali · 13 Mar 2013 00:07 WITA ·

I Ketut Mandia: Kesungguhan dalam Kesederhanaan


					Ketut Mandia Perbesar

Ketut Mandia

Sosok I Ketut Mandia, anggota DPRD Bali dari Fraksi PDI Perjuangan, belakangan mengundang perhatian. Anggota Dewan dari Banjar Gelogor, Desa Pikat, Klungkung ini turut meramaikan bursa calon Bupati-Wakil Bupati Klungkung. Padahal, usia Mandia masih terbilang belia, belum genap 34 tahun.

Tapi, tindak-tanduk Mandia selama menjadi wakil rakyat di Renon membuatnya dilirik untuk bertarung dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) di tanah kelahirannya. Hal ini tak terlepas dari sikapnya yang sederhana dan kesediaan untuk turun langsung ke tengah-tengah masyarakat.

Namun, jarang yang tahu, kesederhanaan memang sudah menjadi bagian dari hidup Mandia sejak lama, bukan muncul baru ketika dia terjun ke politik sebagai bagian dari pencitraan. Masa kanak-kanak Mandia adalah kisah tentang kemiskinan. Untuk membiayai sekolah, Mandia mesti berjuang sendiri.

Tatkala duduk di bangku SMA, Mandia sampai harus menjadi penjaga sekolahnya sendiri agar bisa menyambung hidup dan kelangsungan pendidikannya. Teman-teman sekolah dan guru-gurunya di SMA 1 Dawan, Klungkung, hingga kini mengingat Mandia sebagai siswa plus karena selain menjadi siswa dia juga menjadi penjaga sekolah. Dia tidur di sebuah pondok sangat sederhana di pojok sekolah. Itu sebabnya, Mandia paling dikenal teman-teman dan guru-guru di sekolahnya.

Teman-teman dan guru-guru di sekolahnya mengingat Mandia sebagai anak dengan kemampuan akademik yang tidak begitu menonjol. Tapi, dia tergolong anak yang rajin dan tekun. Dia juga aktif di organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Di situlah kemampuan organisasi dan kepekaan sosialnya ditempa. Mandia pun tumbuh menjadi anak yang tidak canggung ketika bertemu dengan siapa pun. Dia mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan beragam situasi.

Mungkin itu sebabnya, sebagai anggota Dewan, Mandia tidak canggung berhubungan dengan orang-orang dari golongan atas, tidak pula gagap dengan masyarakat kelas terbawah. “Karena saya mengalami hidup dalam dua kelompok itu. Saya merasakan betul bagaimana menjadi orang miskin, orang yang susah menjalani hidup. Meski bukan orang kaya, saya merasakan hidup dengan memiliki materi yang cukup,” kata lelaki kelahiran Pikat, 20 Juni 1979 ini.

Tapi, hidup sebagai orang tidak punya memberinya motivasi yang kuat untuk sungguh-sungguh dalam berpolitik. Ketika ditawari memperkuat barisan calon anggota legislatif PDI Perjuangan, menyembul harapan besar Mandia untuk memperjuangkan dan memfasilitasi kelompok masyarakat bawah seperti dirinya.

“Mereka itu selalu termarginalkan. Akses mereka terbatas, baik akses politik, akses ekonomi maupun akses sosial. Di sisi lain, perhatian pemerintah kepada mereka juga kerap sebagai kamuflase. Saya ingin menjadi jembatan untuk mereka,” ungkap suami Ni Gusti Ayu Putu Suriastuti ini.

Namun, di awal-awal menerima pencalonan dirinya sebagai anggota Dewan, Mandia diliputi keraguan yang kuat. Dia ragu dirinya layak dan mampu mengemban tugas berat itu. Karena itu pula, sebelum ditetapkan dalam daftar calon anggota legislatif, Mandia tidak henti-henti menghubungi kawan-kawan dekatnya meminta pertimbangan. Dia butuh kekuatan untuk meyakinkan dirinya tidak ragu melangkah.

“Kenapa saya begitu, ya, karena saya menganggap ini bukan main-main. Kalau saya main-main, lebih baik saya tidak menjadi anggota Dewan,” ujar bapak tiga anak ini.

Manakala banyak kawan memberi dukungan dan dukungan itu dirasakannya sungguh-sungguh, Mandia pun dengan kesungguhan hati menerima pencalonan diri sebagai wakil rakyat. Dukungan kawan-kawannya pun tidak main-main karena mereka ikut berjuang agar Mandia bisa lolos ke kursi Dewan di Renon. Mandia akhirnya menjadi anggota DPRD Bali periode 2009-2014. Di Dewan, dia ditugasi di Komisi IV, komisi yang memberinya kesempatan luas membantu mengatasi masalah-masalah sosial, pendidikan, kesehatan, agama dan budaya. (b.)

  • Penulis: I Made Sujaya
  • Foto: istimewa
  • Penyunting: I Ketut Jagra
Artikel ini telah dibaca 277 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Nyoman Weda Kusuma: Dari Tukang Sapu Pasar ke Guru Besar

8 September 2022 - 17:23 WITA

Sosok Kadek Agung Widnyana Putra, Pemain Bali Penyumbang Gol Timnas Indonesia

4 Juni 2021 - 00:44 WITA

Kadek Agung Widnyana Putra

Nyoman Tusthi Eddy: I Tua yang Setia “Ngulat Gita”

18 Januari 2020 - 23:13 WITA

Nyoman Tusthi Eddy

Jro Mangku Wayan Sudirta: Tukang Cukur Empat Generasi

3 Januari 2020 - 22:39 WITA

I Nyoman Graha Wicaksana: Merawat Kepercayaan

26 Mei 2019 - 09:19 WITA

Nyoman Karya Dibala, Menjaga Roh Seni Pesisir Kusamba

17 April 2018 - 23:09 WITA

Trending di Nak Bali