Penulis: I Made Sujaya
Raja Denpasar saat Puputan Badung |
JIKA peresmian
Puri Denpasar ditetapkan sebagai tonggak kelahiran Kota Denpasar, maka I Gusti
Ngurah Made Pemecutan, Raja Denpasar I, merupakan pendiri Kota Denpasar.
Pasalnya, raja inilah yang membangun Puri Denpasar di atas bekas Taman
Denpasar. Siapa sejatinya I Gusti Ngurah Made Pemecutan?
Menurut tokoh Puri Pemecutan yang juga penekun sejarah, Drs.
AA Ngurah Putra Darmanuraga, I Gusti Ngurah Made Pemecutan merupakan cicit dari
Kyai Anglurah Pemecutan Sakti atau Kyai Anglurah Pemecutan III yang beristri Ni
Gusti Ayu Bongan, putri Raja Mengwi. Dari pernikahan dengan Ni Gusti Ayu Bongan
ini lahir Kyai Agung Gede Oka atau Kyai Anglurah Gede Oka.
“Setelah lahirnya Kyai Agung Gede Oka inilah didirikan Puri
Kaleran Pemecutan yang dikenal juga dengan sebutan Puri Kaler Kawan,” beber
Darmanuraga dalam buku Perjalanan Arya Damar dan Arya Kenceng di Bali.
Kyai Agung Gede Oka berputra Kyai Anglurah Gede Ngurah yang
mendapat tugas dari Kyai Jambe Ksatria dari Puri Jambe Ksatria (Puri Agung
Satria) untuk mengelola Taman Denpasar. Dari Kyai Anglurah Gede Ngurah inilah
lahir I Gusti Ngurah Made Pemecutan yang melanjutkan tugas ayahandanya
mengelola Taman Denpasar. I Gusti Ngurah Made Pemecutan memiliki adik laki-laki,
I Gusti Ngurah Rai serta dua orang saudara perempuan. Ngurah Rai kemudian
berkonflik dengan Kyai Jambe Ksatria yang berujung pada terbunuhnya Kyai Jambe
Ksatria. Peristiwa ini kemudian menandai berakhirnya kekuasaan Kejambean
beralih ke tangan I Gusti Ngurah Made Pemecutan.
“I Gusti Ngurah Made Pemecutan mengawini janda Kyai Jambe
Ksatria yang merupakan salah seorang putri dari Puri Pemecutan serta adik tiri
Kyai Jambe Ksatria, bernama Ni Gusti Ayu Jambe,” terang Darmanuraga. Selain
itu, I Gusti Ngurah Made Pemecutan juga memiliki sejumlah istri lain.
I Gusti Ngurah Made Pemecutan memimpin Kerajaan Badung
secara bersama-sama dengan Arya Ngurah Gede Raka atau Kyai Agung Gede Raka yang
bertahta di Puri Pemecutan dengan gelar Kyai Anglurah Pemecutan VI. Pemerintahan
kembar ini merupakan tradisi yang dilanjutkan sejak awal pendirian Kerajaan
Badung. Kala itu, kepemimpinan Badung dipegang Puri Alang Badung dan Puri
Pemecutan. Puri Alang Badung berpindah ke Puri Jambe Ksatria atau Puri Satria
yang kemudian dilanjutkan Puri Denpasar.
Pada tahun 1805 atau 17 tahun setelah berdirinya Puri
Denpasar, Badung menyerang Jembrana. Kerajaan ujung Barat Bali itu berhasil
dikuasai Badung. Tapi, tiga tahun kemudian, kekuasaan Badung di Jembrana
diambil alih Buleleng setelah laskar Buleleng berhasil mengalahkan Kapten
Patini yang diberi mandat memegang kekuasaan Badung atas Jembrana. Pada tahun
1808, Badung juga menandatangani kontrak kerja sama dengan Belanda tetapi
dibatalkan pihak Belanda karena tidak sesuai dengan harapannya.
I Gusti Ngurah Made Pemecutan mengakhiri kepemimpinannya di
Puri Denpasar pada tahun 1813. Kekuasaannya digantikan putra tertuanya, I Gusti
Gede Ngurah Pemecutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar